KUPANG, MediatorStar.com – Juri Festival Desa Binaan Bank NTT, sejak pekan lalu sudah mulai turun ke 24 lokasi untuk melakukan penjurian terhadap aktivitas setiap desa binaan yang tersebar di seluruh NTT. Keenam orang juri itu masing-masing DR James Adam (Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia/ISEI NTT) sebagai ketua yang berkunjung ke Kampung Adat Bena sebagai lokasi binaan kantor Bank NTT cabang Bajawa, Desa Colol binaan cabang Borong, Compang Todo binaan cabang Ruteng dan Desa Gorontalo binaan cabang Labuan Bajo.
Sedangkan Dedy Safari (dari Otoritas Jasa Keuangan) mengunjungi Desa Tuamese binaan Cabang Kefamenanu, Desa Dualaus binaan Cabang Atambua dan Desa Kamanasa binaan Cabang Betun. Berikutnya juri Handrianus P. Asa (Bank Indonesia) mengunjungi Kelurahan Manutapen binaan KCU Kupang, Desa Mata Air binaan KCU, e-Mart Shop binaan Cabang Oelamasi dan Desa Ajaobaki binaan Cabang SoE. Ir. Abraham Paul Liyanto (Ketua KADIN NTT) mengunjungi Desa Kwalelo binaan Cabang Larantuka, Desa Watugong binaan Cabang Maumere, Desa Detusoko Barat binaan Cabang Ende, dan Desa Bidoa binaan Cabang Mbay.
Juri Johny Rohi dari Dinas Parekraf NTT mengunjungi Desa Lambanapu binaan Cabang Waingapu, Desa Matakateri binaan Cabang Anakalang, Desa Moromanduyo/danau Waekuri binaan Cabang Waitabula, dan Desa Tebara binaan Cabang Waikabubak. Terakhir, juri Stenly Boymau (media consulting Bank NTT) melakukan penilaian ke Desa Ndao binaan Cabang Rote, Desa Hadakewa binaan Cabang Lewoleba, Desa Raeloro binaan Cabang Seba dan Desa Ternate binaan Bank NTT Cabang Kalabahi.
Lalu seperti apa restpon dewan juri ketika terjun ke lapangan? Ternyata ditemukan banyak fakta menarik, yang membuat juri terpana. Ada geliat ekonomi yang sangat nyata. Masyarakat mulai membayar dengan menggunakan layanan digital dan elektronik. Ini nampak dan bahkan sangat nyata pada aktivitas transaksi yang dicatat dari agen-agen digital (Di@ Bis@) yanag dibentuk oleh Bank NTT di lokasi-lokasi tersebut. Di pekan pertama proses verifikasi data lapangan, juri menemukan fakta itu di hampir seluruh desa binaan. Seperti di Desa Raeloro, Sabu Raijua, Desa Hadakewa Kabupaten Lembata, Desa Tuamese, TTU, bahkan di kampung adat Bena, Kabupaten Ngada. Masyarakat direkrut menjadi agen digital, dan terbanyak jenis transaksinya adalah pulsa listrik, telfon, dan jasa pengiriman uang.
Bukan hanya itu, melainkan lopo Di@ Bis@ pun dibangun dengan menggunakan kearifan lokal, dan di lopo tersebut, ada etalase yang disiapkan untuk memajang aneka produk hasil kreasi warga, misalnya aneka motif tenunan, ada juga penganan khas desa adat setempat, serta produk-produk lokal lainnya. Ada transaksi secara digital disana, yakni menggunakan layanan QRIS.
Uniknya, setiap produk primadona profilnya disiapkan dalam bentuk digital. Bagi yang ingin menelusuri sejarah singkat kampung adat ataupun produk unggulan yang dijual, tinggal scan barcode yang tersedia, lalu sejarahnya akan muncul.
Ketua dewan juri, DR. James Adam, menegaskan bahwa juri menemukan hal-hal baru dalam uji petik di lapangan. “Juri menerima laporan awal dari tiap desa binaan berupa data administrasi dan video berdurasi dua menit, berisikan profil desa binaan yang ikut festival. Lalu juri turun lapangan untuk verifikasi. Dan, luar biasa,”tegas akademisi itu sembari menambahkan, “Performance dari setiap lokasi desa binaan Bank NTT bagus penataannya, pengelolanya dan kegiatan-kegiatannya. Khusus yang menawarkan produk budaya memang punya ciri khas dibanding produk makanan, minuman dan tenunan.”
Ada kekhasan budaya tertentu yang belum diexpos yang sebetulnya punya nilai jual lebih. Karena itu, menurutnya, da memberi apresiasi kepada Bank NTT yanng mengambil langkah berani, mendesain kegiatan Festival Desa Binaan Bank NTT tahun ini. Diakui, kedepan tentu butuh ekstra kerja keras dari Bank NTT agar sistem IT yang dibuat bisa diimplementasikan secara optimal sebab posisi geografis tiap desa binaan menurutnya menjadi catatan penting.
Untuk diketahui, juri akan melakukan verifikasi lapangan hingga pertengahan Juni, dan akhir bulan ini sudah dipastikan desa binaan mana yang masuk sebagai nominator desa binaan terbaik se-NTT. Kepada mereka disiapkan banyak hadiah. Dan bahkan, ini juga ajang bagi Bank NTT untuk tidak saja meningkatkan ekonomi masyarakat desa melainkan juga mendukung program Pemprov NTT dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tak hnya itu, festival ini pun sebagai upaya pelestarian adat, budaya dan mewariskan kekayaan intelektual dalam bentuk karya seni kepada generasi masa depan. Sebelumnya,
Direktur Utama Bank NTT, Harry Alex Riwu Kaho menegaskan tujuan dari festival desa binaan Bank NTT ini, adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat desa yang Multiply Effect, menciptakan desa binaan yang mandiri berbasis digital, sentralisasi produk perbankan baik itu produk dana pihak ketiga (DPK) dan Kredit, sebagai media promosi dan pemasaran produk Bank NTT. (boy)