Kupang (MEDIATOR)-SMKN 7 Kupang menggandeng READI (Relawan Diakonia), salah satu komunitas yang pro terhadap perubahan dan saat ini bergerak dalam berbagai kegiatan, untuk memberikan bekal pengetahuan dan semangat perubahan kepada peserta didik baru Tahun Ajaran 2022/2023. Ada dua pemateri yang dihadirkan dalam program READI goes to school yakni Sara Taneo dan Dr. David Natun.
Kegiatan ini berlangsung Rabu (28/09) pukul 10.00 WITA di SMKN 7 Kupang, Jl. Bougenville, Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak, Kota Kupang. Terpantau media ini, setidaknya ada orang 121 peserta didik baru yang penuh semangat serta antusiasme yang tinggi dalam mengikuti materi.
Kepala SMKN 7 Kupang, Murni Pallagawau, S.Pi., M.Pd saat itu menjelaskan, kepada peserta didik baru ini harus diberi penyegaran pengetahuan diantaranya mengenai LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa). “Kita berharap anak-anak mengikuti kegiatan dengan baik, dan dengan demikian karakter mereka terbentuk. Yang diutamakan disini adalah soft skill, disamping itu soal pergaulan karena anak-anak sudah menginjak usia remaja yang rentan dengan pergaulan bebas, penggunaan media gadget tak terkontrol,”tegasnya menambahkan, kegiatan ini juga nantinya menjadi bekal bagi anak-anak sebagai pemimpin di kemudian hari.
Dalam kegiatan yang berlangsung selama sehari itu, Sara Taneo yang adalah salah satu guru pada STAK Kupang dalam materinya tentang pergaulan remaja masa kini mengurai fakta bahwa saat ini, pergaulan anak-anak muda sudah memasuki masa rentan.
“Salah satu penyebabnya karena keterbukaan media informasi. Karena itu harus berhati-hati, perlu adanya pengetahuan pendidikan sejak dini dari rumah sampai pada dunia pendidikan. Macam-macam pergaulan, jenis jenis pergaulan menjadi catatan penting di masa kini agar bisa terhindar dan tidak terjebak dalam pergaulan yang fatal di kemudian hari,”tegasnya. Sara menekankan perlunya pemahaman yang baik karena masa depan sangatlah penting dari apa pun sehingga mesti menghindar dari pergaulan yang salah.
Sementara Dr. David Natun dalam materinya tentang kepemimpinan mengungkapkan, sebagai komunitas relawan, pihaknya berkewajiban memberikan pemahaman sejak dini kepada generasi muda. “Semua anak berhak jadi pemimpin, mampu menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri dan pemimpin untuk orang lain. Sekolah itu menjadi laboratorium mereka untuk mengembangkan diri lalu kembali ke lingkungan dan berdampak,”tegas doktor jebolan IAKN Kupang ini.
Karena itu dia berpesan agar anak-anak perlu mempersiapkan kapasitas diri untuk menjadi agen perubahan. “Karena seringkali kita berpikir bahwa anak-anak itu tidak punya apa-apa, belum mengerti apa-apa padahal sesungguhnya mereka punya sejumlah bakat, potensi, kecakapan, yang penting dikembangkan,”pungkasnya.
Untuk diketahui, kegiatan ini diapresiasi oleh pihak sekolah, karena dengan model kegiatan seperti ini akan memotivasi dan memberikan ruang pengetahuan tersendiri dalam mengembangkan diri, sikap dan karakter serta pergaulan sehari-hari. (GEB/BOY)