Dunia Bicara Krisis Air di KTT World Water Forum-Denpasar, Kolonel SPK Gerilya Tebarkan Spirit GEJALA

Nuansa NTT102 Dilihat

Kupang (MEDIATOR)—Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World Water Forum (WWF) ke – 10 yang berlangsung di Nusa Dua-Bali, memang telah berakhir. Namun ada yang menarik untuk disimak dalam pertemuan paling penting selama kegiatan berlangsung (18-25 Mei 2024). Yakni lahirnya sejumlah rekomendasi terbaik secara global buat kesejahteraan masyarakat dunia.

Diikuti oleh 43 kepala negara di dunia, pertemuan ini menjadi fokus perhatian dunia. Karena ada isu penting yang dibicarakan disana, yakni bagaimana menjaga bumi dan antisipasi terhadap ancaman krisis air di dunia.

Karena sadar atau tidak, pertambahan penduduk bumi, ikut berdampak pada tingginya kebutuhan akan air. Hal ini diperparah dengan ketidakseimbangan antara pemanfaatan sumber daya air dengan upaya pelestariannya.

Jika kita tarik lagi dalam skala yang kecil, yakni Provinsi NTT, maka data membuktikan bahwa provinsi yang terdiri dari 609 pulau dengan populasi 5,7 juta orang ini membutuhkan perhatian khusus. Benar, NTT tidak bisa dianggap sepele, terutama dalam manajemen air. Karena rata-rata musim hujan hanya selama 3 hingga 4 bulan pertahun, dan rata-rata curah hujan adalah 1.523 mm/tahun. Kabupaten Lembata menjadi daerah dengan curah hujan paling rendah (616mm/tahun) dan Manggarai sebagai kabupaten dengan curah hujan paling tinggi (4,060mm/tahun).

“Air memiliki peranan yang penting di Provinsi NTT, selain sebagai kebutuhan sehari-hari juga bermanfaat dalam berbagai sektor seperti pertanian, peternakan, perikanan, dan industri (pariwisata). Namun, persentase akses kebutuhan air bersih di NTT saat ini masih berada pada urutan ke 4 terendah dari 34 Provinsi di Indonesia sesuai data dari Kementerian Kesehatan tahun 2022,”ungkap Penjabat Gubernur NTT, Ayodya G.L Kalake dalam diskusi panel bertajuk Indonesian Pavilion “Synergy in Green Infrastructure Initiative: Sustainable Financing within Water for Humans and Nature” pada rangkaian kegiatan KTT WWF ke – 10 yang di Taman Japun Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC) Nusa Dua, Bali, Rabu (22/5).

Baca Juga  Ganteng dan Anggun, Ayodhia Kalake Bersama Ibu dalam Balutan Pahikung-Sumba di Event Istana Berbatik

Lebih lanjut, Ayodhia menyampaikan saat ini Kota Kupang dan sejumlah wilayah lain di Provinsi NTT masih menghadapi minimnya ketersediaan air.

“Seperti, minimnya cakupan pelayanan PDAM di Kota Kupang yang berada pada persentase 11,09 % dan Kabupaten Kupang pada persentase 18,64%. Sedangkan permasalahan lain dalam pengelolaan limbah air disebabkan oleh beberapa isu seperti, minimnya ketersediaan lahan untuk pengelolaan limbah air dan pengelolaan air bersih yang belum dikelola secara maksimal, kondisi geografis yang menyebabkan sulitnya proses pemasokan air bersih dan terbatasnya anggaran operasional dan perawatan,” ujarnya.

Gerilya SPK Gelorakan GEJALA

Benar, NTT kesulitan air. Namun harus dicatat bahwa kondisi ini tidak membuat orang-orangnya patah arang. Ada pioner-pioner yang saat ini berada di lapangan, menghadirkan inovasi pemberdayan potensi air tanah. Dan semangat ini diarsiteki oleh TNI, dalam melaksanakan pembinaan teritorial, menghadirkan program gerakan jaga alam dan air (GEJALA).

Kolonel Cpl Simon Petrus Kamlasi yang saat ini mengemban tanggungjawab sebagai Kepala Staf Korem (Kasrem) 161/Wira Sakti Kupang adalah arsitek di balik gerakan ini.

Aksi ini sudah dilakukannya sejak tahun 2013 lalu, manakala dia tidak sampai hati melihat saudara-saudaranya mengangkat air dari sumur yang letaknya jauh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Lahirlah inovasi pompa hidram, atas kolaborsi hebat dengan masyarakat. Kolonel SPK, demikian dia disapa, bergerilya masuk keluar kampung mendorong masyarakat merawat lingkungan dan tidak merusaknya. Pohon-pohon dipelihara sebagai sumber air, tanah tandus dihijaukan.

Dia ingin membuktikan bahwa TNI adalah perwujudan negara yang hadir untuk rakyat.

Baca Juga  Sukacita Menggema di Kapela Simon Petrus Lela, Pompa Hidram Bantuan Kasrem SPK Sudah Dinikmati, Dapat Kiriman Orgen Lagi

Tak sedikit masyarakat yang bergembira. Ada wajah yang riang ketika tim dari Korem 161/WS tiba, mendeteksi air dan bergerak cepat mengeksploitasi dalam skala terukur untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kasrem 161 Wira Sakti Kolonel Cpl. Simon Petrus Kamlasi saat mendampingi Danrem 161WS Kupang bertemu Uskup Atambua, di Atambua April kemarin. Di istana keuskupan ini mereka membicarakan tentang desain besar tata kelola air dan juga pertanian.
Foto: Ist

Potensi air dari tempat rendah ditarik ke ketinggian dengan metode sederhana berbiaya murah. Masyarakat pun merdeka dalam kebutuhan air. Dan ini sudah dinikmati setidaknya 300-an titik yang tersebar di NTT.

“Hari ini yang dibicarakan di Bali dalam sebuah kegiatan besar, yakni KTT WWF ke-10 itu adalah mengenai desain besar dalam mengurus air di dunia. Itu desain besarnya. Sedangkan kita di sini, NTT, sementara mengerjakan desain-desain dalam skala lokal, bagaimana menjaga dan merawat alam serta melestarikan sumber daya air kita. TNI adalah simbol kehadiran negara untuk rakyat. Pemerintahan boleh berganti, tapi TNI tetap alat negara yang hadir. Kami memiliki sejumlah program sehingga mari kita sinergikan untuk semua. Terutama menjaga alam dan air. Yang kedua, mari kita sukseskan gerakan pemenuhan air bersih,”tegas Simon Petrus Kamlasi saat hadir di Live Podcast yang digelar Pos Kupang Tribun Group, beberapa hari yang lalu.

Berkaca pada kondisi riil masyarakat maka TNI menurutnya, menawarkan program menjaga dan memelihara air serta ketahanan pangan di NTT. Karena provinsi ini menurutnya haruslah dibangun dengan cara peningkatan hasil pangan sehingga ada ketahanan logistik di masyarakat. “Karena ingat, negara yang kuat adalah negara yang rakyatnya tidak haus dan lapar. Masih banyak PR yang harus saya kerjakan. Baru 5,6 persen akses air bersih yang kami layani. Baru 3,8 persen dari luas lahan di NTT yang kita urus. Ini berarti masih banyak yang belum diurus,”ungkap SPK lagi.

Baca Juga  Hengky Lianto Melaju ke Periode Dua Pimpin PSMTI NTT, Ini Struktur Pengurusnya
NEGARA HADIR. TNI yang adalah anak kandung bangsa, mewujudkan programnya, sebagai bukti bahwa negara hadir untuk menjawab kebutuhan rakyat. Diabadikan saat Kolonel Simon Petrus Kamlasi berkunjung ke Sumba Barat Daya, pekan kemarin.
Foto: Ist

TNI menurutnya memiliki program pembinaan teritorial dan ada tiga metode yang dipakai diantaranya metode bhakti TNI. Semua karya bhakti, pembuatan pompa dan sebagainya adalah bhakti TNI dan di semua kabupaten ada TMMD. Berikutnya ada  Komunikasi Sosial (Komsos). “Terkait bagaimana kita mendobrak NTT, saya ingin kita renungkan kembali tentang Trinitas. Dalam iman Kristen itu kita sudah tahu, tapi saya mau kita bicarakan dalam riil NTT bahwa kita mesti punya tiga hal ini. Yakni rumah, kebun dan kandang. Kalau kita punya tiga ini, sudah pasti tidak akan ada stunting dan kemiskinan ekstrim. Saya disekolahkan bapak saya karena tiga ini,”ungkapnya menambahkan ini sebenarnya dimiliki oleh seluruh masyarakat NTT dan jika kalau kita kembali ke kampung, kita akan menemukannya.

Kebutuhan Air Bersih

Ditegaskan oleh Kolonel SPK bahwa kalau kita berbicara mengenai kebutuhan air bersih saja, maka kita akan menemukan angka setiap orang membutuhkan 60 liter air bersih sehari. Dan jika menggunakan hitungan ini, maka NTT belum bisa menjawabnya.

Dan jika hari ini TNI menyumbangkan 300-an titik pompa air baik hidram maupun sumur bor maka baru 3,6 persen saja kebutuhan yang terlayani. Masih banyak yang harus dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat.

TINJAU. Kasrem 161/WS Kupang, Kolonel Cpl. Simon Petrus Kamlasi saat meninjau salah satu pompa hidram di pedalaman Timor.
Foto: Ist

“Berarti PR kita masih jauh. Tapi bersyukur ada yang sudah berpikir, bagaimana harus beri akses pertanian. Saya mau menyampaikan kepada semua bahwa dari 300-an titik ini ada belasan titik yang konsentrasinya pada pertanian. Itu dimensinya lebih besar dan jumlahnya banyak. Kita hari ini sudah 5.041 hektar lahan pertanian yang tergarap,”ujarnya optimis, setidaknya sudah ada yang bergerak dan menjadi lokomotif bagi pergerakan menuju NTT yang merdeka air dan pangan. (stenly boymau)

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *