MEDIATORKUPANG.COM, AMFOANG—Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, Sabtu (4/6/2022), bertempat di padang Fatumonas, Kecamatan Amfoang Tengah Kabupaten Kupang, melantik Badan Pengurus Ikatan Keluarga Amfoang (IKA) masa bakti 2022–2026. Hadir saat itu Bupati Kupang, Korinus Masneno, serta para tokoh masyarakat serempat.
Mengawali sambutannya, Gubernur yang kerap disapa VBL itu menyatakan syukurnya karena Presiden RI, Joko Widodo baru saja pulang ke Jakarta setelah mengikuti prosesi perayaan hari lair Pancasila, di Ende, yang adalah tempat dimana Bung Karno menggali nilai-nilai luhur Pancasila yang menjadi dasar fondasi berbangsa dan bernegara Indonesia.
Sementara mengenai badan pengurus Ikatan Keluarga Amfoang yang dilantik hari itu, menurut VBL, memang tidak dilantik di gedung melainkan di padang. Ini semata agar mereka selalu berpikir untuk pulang kembali memikirkan padangnya.
“Pelantikan di padang karena kantor hari ini bukan di gedung, kantor hari ini adalah bagaimana kita punya ternak di padang, bagaimana pertanian kita, bagaimana industri kita. Kantor itu hanya back up administrasi untuk seluruh kerja kita di lapangan. Namanya juga ASN, Aparatur Sipil Negara, yang melayani publik makanya disebut public service, bukan tunggu di kantor untuk publik datang, tapi datang untuk melihat publik.,”tegas VBL.
Dia menggugah semua yang hadir bahwa alam Amfoang adalah tempat yang sangat mahal. “Tempat ini mahal sekali, di saat Timor terkenal sebagai pulau yang panas, kita mempunyai spot di Amfoang yang begitu indah, sabana yang begitu luar biasa dengan kesejukan alam,”tegasnya menambahkan, dalam hidup saat ini kita tidak bisa lagi kerja dan doa dengan cara-cara biasa.
Moralitas Pemimpin
Masih menurut mantan Ketua Fraksi Nasdem DPR RI itu, yang harus dibangun sekarang adalah cara berpikir dan desain kerja. Siapapun pemimpinnya menurut Viktor, harus berpikir untuk semua. “Jangan hanya yang pilih kita yang kita bantu. Kalau itu cara berpikir Gubernur, Manggarai, Ngada, Nagakeo selesai, Gubernur tidak akan bangun tempat itu karena yang pilih saya disana 10 %, ada yang 7 %,”ujarnya.
Dasar berpikir sebagai pemimpin adalah dia diberikan tugas dan tanggung jawab oleh Tuhan untuk membangun semua, maka alasan politik tidak lagi menjadi alasan untuk melayani. “Itulah mindset dan moralitas seorang pemimpin, jangan kita terjebak dengan urusan – urusan primordial. Saya terima itu sebagai pengorbanan karena saya belajar bahwa hidup adalah cinta kasih. Cinta kasih itu bentuknya bukan saja “hai bapa saya sayang bapa”, tapi berapa banyak kita berkorban, berapa banyak kenikmatan yang hilang untuk mengasihi orang lain,”seru VBL dari atas podium.
Karena itu dia menyerukan kepada tidak saja badan pengiris Ikatan kelarga Amfoang yang dilantik hari itu melainkan semua, agar mulai dari padang Amfoang itulah semua berhenti dengan cara berpikir fatamorgana melainkan mulailah berpikir dengan teori Paulus.
“Rasul Paulus mengatakan iman itu dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Dan itu bisa dibuktikan dengan program kerja Tuhan Yesus dalam membebaskan kaum hina, yaitu orang lapar, haus, telanjang, terpenjara, orang asing. Terpenjara bukan korupsi, tetapi terpenjara sosial, terpenjara ilmu pengetahuan, terpenjara infrastruktur,”tegas Laiskodat.
Dia mencontohkan Amfoang Utara, jika musim hujan mereka terpenjara, maka seorang pemimpin harus mencari akal supaya mereka keluar dari penjara – penjara seperti itu. Lapar haus program kerjanya pertanian, peternakan, perikanan. Orang asing itu orang yang tinggal dengan kita tetapi tidak diajak misalnya ketika ada kunjungan tamu, Gubernur salah satunya.
“Apalagi anak kecil. Saya paling marah jika saya datang ada yang mengusir anak kecil. Karena biarkan anak kecil mendengar Gubernur, Bupati, anggota DPRD omong apa supaya mereka terbiasa dekat dengan pemimpin sehingga cara berpikir mereka akan berubah dan membuat mereka semangat. Ini program Tuhan Yesus, bukan program kerja Gubernur,”tegas Viktor.
Dia mengharapkan dengan terbentuknya Ikatan Keluarga Amfoang, agar membangun sinkronisasi, diskusi, bicara dan merubah cara berpikir turun sampai di kampung. Temoat diskusi yang bagus bukanlah di kota, melainkan datanglkah dengan seluruh networking, lalu bicaralah mengenai kekayaan Amfoang dan bagaimana cara menolahnya menjadi potensi yang mendatangkan kesejahteraan. (**DVA/BOY)