Ruteng (NEDIATOR)– Kasrem 161/Wira Sakti Kupang, Kolonel Simon Petrus Kamlasi (SPK), didampingi Adrianus Garu, berkunjung ke Keuskupan Ruteng yang berlokasi di Jl. Pelita No. 4, Kel. Watu, Kec. Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Jumat (3 Mei).
Kedua tokoh ini, yakni SPK dan AG diterima oleh Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Ruteng, Romo Alfons Segar, Rektor Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng, RD Maksimus Regus, beserta sejumlah rohaniawan Katholik yang melayani di wilayah Keuskupan Ruteng.
Turut Hadir dalam kegiatan tersebut, Maksimus Regus, Dandim 1612/Manggarai Letkol Arh Drian Priyambodo SESE bersama sejumlah anggota Kodim 1612/Manggarai.
Adapun tujuan kedatangan Kolonel Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu ke Keuskupan Agung Ruteng adalah untuk bersilahturahmi sambil memperkenalkan sejumlah program TNI seperti Pompa Hidram, Sumur Bor, dan pembangunan rumah ibadah, serta Program Jaga Alam dan Air. Nampak Romo Alfons Segar, Rektor RD Maksimus Regus, beserta sejumlah romo yang hadir, mengikuti serius pemaparan itu.
Dalam pertemuan itu, Romo Alfons Segar menyambutnya serta memperkenalkan tiga festival pastoral keuskupan, yakni Festival Golo Koe di Labuan Bajo, Festival Golo Curu di Ruteng, dan Festival Lembah Sanpio di Kisol. Hal itu pun direspon baik oleh Kolonel Simon Petrus Kamlasi (SPK) yang siap mendukung program-program tersebut.
“Untuk pembangunan, memang kita butuh kerjasama antara Gereja, Pemerintah, dan TNI,”urai SPK.
Sedangkan ketahanan pangan, SPK juga memberikan penjelasan terkait pemanfaatan Pertanian Smart Framing sehingga utang daerah yang tinggi pun tidak jadi persoalan karena masyarakat sudah memegang uang secara riil yang ada di tangan mereka.
Perlu diketahui, smart farming atau pertanian pintar adalah konsep yang menggabungkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dengan pertanian untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan. Ini melibatkan penggunaan sensor, perangkat lunak analitik, kecerdasan buatan, dan konektivitas internet untuk mengoptimalkan proses pertanian.
Dengan smart farming, petani dapat mengumpulkan data secara real-time tentang tanah, tanaman, cuaca, dan lingkungan sekitarnya. Data ini kemudian dianalisis untuk memberikan wawasan yang lebih baik dalam pengambilan keputusan, seperti kapan harus menyiram tanaman, memberi pupuk, mengendalikan hama, atau panen.
Selain itu, smart farming juga dapat mencakup penggunaan drone, robot, dan otomatisasi lainnya untuk mengotomatisasi tugas-tugas tertentu dalam pertanian. Hal ini membantu mengurangi biaya, waktu, dan tenaga kerja yang diperlukan, sambil meningkatkan hasil pertanian dan mengurangi dampak lingkungan.
Sementara terkait Pembangunan Rumah Ibadah, SPK juga menawarkan gedung portable yang bisa digunakan untuk menjawab kebutuhan keuskupan. Gedung itu berukuran 8×18. Untuk diketahui, gedung portable adalah sebuah bangunan yang dirancang untuk dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dengan relatif mudah. Bangunan ini sering kali dibangun dari material yang ringan dan mudah dipasang, seperti baja atau aluminium. Gedung portable sering digunakan untuk acara-acara sementara, proyek konstruksi, atau keperluan lain yang membutuhkan bangunan sementara dengan kemampuan mobilitas tinggi. (IST/KJR)