Kupang (MEDIATOR)—Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTT, I Wayan Darmawa, dalam forum Komunikasi Sosial (Komsos) bersama komponen masyarakat yang diselenggarakan oleh Korem 161/Wira Sakti Kupang, Rabu (26/6) mengungkap sejumlah permasalahan krusial yang dialami oleh NTT saat ini. Diantaranya berbagai masalah pendidikan, sosial, ekonomi dan juga kesehatan yakni stunting.
Wayan yang hadir dalam kapasitas sebagai utusan dari Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) NTT ini lebih menyoroti pengentasan masalah stunting. Baginya, banyak lahan di NTT yang sangat mungkin digarap, dimaksimalkan untuk pengembangan potensi pertanian. Yang sering menjadi masalah adalah air dan manajemen tata kelola sumberdaya pertanian. Seperti aneka sayuran dan beberapa potensi lainnya.

Foto: Mediatorkupang.com
“Saya melihat kita di NTT memiliki banyak potensi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Contohnya sekolah kita punya halaman yang luas. Juga tanah masyarakatnya ada. Mari kita optimalkan,”tegas sosok cerdas yang bertahun-tahun dipercaya mendesain rencana pembangunan NTT di era kepemimpinan Frans Lebu Raya hingga Viktor Laiskodat ini.
Terkait stunting, Wayan menegaskan “Stunting misalnya. Kalau kita dorong dan optimalkan Posyandu, pasti sangat bisa. Stuntingnya bisa diselesaikan dengan cara-cara NTT. Tidak dengan cara lain, karena karakteristik masyarakat kita berbeda dengan luar. Sekarang tinggal keseriusan saja mendesain konsep terbaik,”tegas Wayan lagi.
Bahkan dia sangat merindukan agar nantinya TNI khususnya Korem dan jajarannya menjadi pionir dalam pengentasan masalah stunting di NTT.
“Kita berharap demikian, bahwa sekolah-sekolah harus menjadi role model, Korem serta Kodim harus jadi contoh penyediaan aneka tanaman suplay kebutuhan pangan bergizi. Saya yakin Pak Kasrem bisa mengeksekusinya untuk masa depan anak-anak kita,”ujar Wayan Darmawa. Menjawab harapan itu, Kepala Staf Korem 161/Wira Sakti Kupang, Kol Cpl Simon Petrus Kamlasi yang hadir mewakili Danrem sebagai narasumber, menegaskan dia sangat setuju dengan konsep tersebut.
Foto: Mediatorkupang.com
“Kuncinya di air. Kalau airnya kita bendung, lalu di-manage secara baik, tentu akan berdampak pada sektor pertanian kita. Nah tanaman sayur kita maksimalkan. Jika ada kendala di alsintan, karena mahal misalnya, kita desain sendiri. Itu mudah dan murah, okelah prototipe pertama dan kedua mungkin saja gagal atau kurang ini dan itu tapi selanjutnya kita akan menemukan yang terbaik dan diproduksi massal. Kita cari rujukan aturannya, siapkan anggarannya, lalu jalan,”ujar sosok yang kerab disapa SPK, desainer sejumlah kendaraan tempur dan operasional milik TNI ini.
Diakui, dapur makanan sehat kedepan akan dimulai dari KODIM dan Koramil yang ada di seluruh NTT. “Kita mulai dari sana dulu kemudian akan melibatkan warga. Dengan sistem yang kuat, kontrol yang bagus, saya sangat yakin bisa kurangi angka stunting di NTT. Selain itu, akan ada putaran uang yang cukup banyak di masyarakat,”tegas Simon yang baru-baru ini dipromosi kenaikan pangkat menjadi jenderal bintang satu (Brigjen) dan ditugaskan menjadi perwira ahli yang membantu KASAD dalam program lingkungan hidup ini.
Foto: Mediatorkupang.com
Dia mengaku kagum pada manajemen pemberdayaan masyarakat yang diterapkan oleh Paroki di beberapa tempat, terutama di daratan Flores. “Bagus. Saya ke Flores, apa yang dilakukan oleh TNI itu senada dengan yang diterapkan di Paroki-Paroki. Para pastor sangat kreatif dan ada kluster-kluster pertanian yang dibantu sehingga tinggal kita dorong bisa berdaya saing. Ini bisa menjadi replika di tempat lain. Saya sangat sepakat mengenai kluster ini dan benar bahwa masalah NTT harus dieksekusi dengan cara NTT, tidak bisa cara dari luar, bisa gagal itu,”tegas SPK. Kedepan baginya, dia yakin bahwa dalam konteks kesejahteraan masyarakat, semua agama harus duduk bersama, dan jangan dilihat umat mana yang harus diprioritaskan, namun semuanya menjadi prioritas untuk mengangkat martabat NTT.
“Saya sangat berterimakasih kepada Pak Wayan yang sudah memotret masalah di NTT dari kacamata luar NTT. Ini bagus agar kita bisa menemukan cara yang tepat dalam membangun NTT, menghadirkan ketahanan pangan di setiap keluarga. Kenyang saja dulu, baru bisa berpikir yang lain. Namun tidak saja kenyang, mesti dipastikan apa yang dikonsumsi,”tegas SPK. (BOY)