MEDIATORSTAR.COM, Lewoleba
Siapa tidak kenal motif tenunan khas buah tangan wanita asal Lamaholot? Maha karya itu segera dipatenkan oleh pihak Bank NTT. Kepedulian bank kebanggaan masyarakat NTT ini ternyata bukan hanya kali ini saja. Melainkan beberapa tahun terakhir, Bank NTT sedang giat-giatnya mengidentifikasi seluruh maha karya masyarakat lalu memfasilitasi mereka untuk memperoleh Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI), Indikasi Geografis, dan pengakuan lainnya sehingga tidak mungkin dijiplak atau diduplikasi oleh siapapun, dimana pun dengan tujuan apapun. Asal tahu saja, sejumlah produk, misalnya batik, kain motif Sumba pun diklaim negara tetangga sebagai milik mereka.
Direktur Utama (Dirut) Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho memastikan hal itu. “Kita juga bersedia untuk bersama-sama Dekranasda Lembata memberikan perlindungan hukum bagi kekayaan intelektual atas tenun ikat di seluruh Lembata,”sebut Dirut Alex ketika mengunjungi lapak Dekranasda Kabupaten Lembata, Selasa (9/11/2021).
Dalam kunjungannya kali ini, Dirut Alex bersama Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja dan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTT, Robert Sianipar didampingi Pjs. Pimpinan Bank NTT Cabang Lewoleba, Petrus Soba Lewar di Lewoleba, Kabupaten Lembata.
Saat itu Dirut Alex mengatakan, sebagai langkah awal, Bank NTT akan menghadirkan Development sekaligus mengidentifikasi jumlah motif tenun ikat sarung Lembata. “UU HaKI menjamin untuk kekayaan intelektual. Nanti tentukan jadwalnya kapan, kita datang berikan sosialisasi, sekaligus mendaftar berapa jumlah motif yang ada,”sebutnya.
Menurut Alex, jika kekayaan intelektual motif tenun ikat sarung tidak segera dipatenkan maka bisa berpotensi ditiru oleh orang lain. “Di Lembata ini harus dipatenkan supaya kekayaan yang hebat yang merupakan maha karya wanita-wanita hebat dari Lamaholot ini tidak direplikasi atau diduplikasi oleh orang luar,”tambahnya.
Riwu Kaho menuturkan, pihaknya juga akan mengadakan literasi dan inklusi keuangan termasuk menggelar perlombaan desain motif unggulan tenun ikat di semua daerah. “Saat ini dan kedepan Bank NTT setiap tahun akan lakukan literasi dan inklusi keuangan. Dimungkinkan ada lomba desain motif unggulan tenun ikat,” ujarnya.
Ia menghimbau agar para pelaku tenun ikat tradisional di daerah Lembata harus bisa menghasilkan motif khas tenun ikat sesuai daerah supaya memiliki keunikan tersendiri. Dirut Alex pun meminta agar para pelaku tenun ikat mampu menciptakan karya seni yang harus mempunyai nilai beda karena nantinya produk khas Lembata bakal bersaing dengan karya dari seluruh NTT.
“Ketika mau mendapat sesuatu yang bermanfaat di pasar maka harus ada nilai bedanya. Kenapa orang mau beli tenun Lembata, toh persaingan tenun di NTT sangat berat dan berkualitas, ada tenun Sumba, Sabu, Timor, Flores itu sudah mendunia,” paparnya.
Ia juga menyatakan kesediaan untuk berdiskusi dan bekerja sama dengan Dekranasda Lembata. “Ketika orang tau ini tenun orang Lembata, nilai bedanya ada. Sehingga bisa menarik baik di pasar tapi juga di investasi,” terangnya.
Dirut Alex menambahkan, untuk kelompok-kelompok pengusaha atau komunitas lokal yang ingin mengembangkan usaha Bank NTT siap membantu. “Semua kantor kita di Lembata juga siap melayani penguatan kapasitas, konsultasi ataupun penguatan modal. Mudah-mudahan terbuka ruang kerja sama dan teman-teman pengusaha muda yang hebat ini bisa menjadi motivator dan inspirator,”katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dekranasda Kabupaten Lembata, Maria Sadipun mengapresiasi itikad baik dari Bank NTT. Sadipun bahkan mengharapkan agar pihak Bank NTT selalu berkolaborasi dengan Dekranasda Lembata dalam konteks perlindungan HAKI.
“Dekranasda Lembata berharap selalu ada kolaborasi dengan Bank NTT,”harap Maria Sadipun bersama para pelaku tenun ikat di Galeri Dekranasda Lembata, Selasa (9/11/2021). (SIC/MSC01)
SUGUHAN ADAT. Dirut Bank NTT Harry Alex Riwu Kaho, Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, Kepala OJK NTT, Robert Sianipar, saat diterima secara adat di Bandara Wunopito, Lewoleba, Selasa.
Foto: SelatanIndonesia.com