Ululoga yang Menantang, Anakoli Tenang Mendayung Asa Sebuah Catatan dari Festival Desa Binaan Bank NTT 2022

EksotikNTT283 Dilihat

DESA Ululoga, adalah salah satu dari dua desa dari Kabupaten Nagekeo peserta Festival Desa Binaan Bank NTT dan PAD 2022 yang dikunjungi juri pada Rabu (20/7/2022). Desa ini memang unik, karena kaya akan potensi pariwisata dan juga pertanian. Pariwisatanya sangat berkarakter.

Rupanya Desa Ululoga Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo-NTT adalah desa yang mendapat SK Desa Wisata tahun 2021. Desa ini punya Potensi Wisata yaitu kampung adat, yang terletak pada ketinggian 600Mdpl dengan posisi strategis di kaki Gunung Ebulobo satu- satunya gunung berapi aktif di Kabupaten Nagekeo.

Kampung ini memiliki SK Desa wisata rintisan Tahun 2021 oleh Bupati Nagekeo Don Bosko Do karena kekuatan potensi seperti  Atraksi,  Kesenian tradisi, dan jangan lupa, mereka pun menghadirrkan wisata trekking pendakian gunung Ebulobo.

PAJOREJA nan eksotik, saat menyambut juri, Juli lalu.
Foto: Dok. Bank NTT Mbay

Jarak antara Ebulobo dengan kampung adat Pajoreja tidaklah jauh. Hanya berjarak satu kampung, atau sekira dua kilometer jauhnya. Dari Pajoreja, kita bisa melihat gunung ini menjulang di depan mata. Jika cuaca sedang bersahabat, kawahnya yang putih mudah kelihatan.

Ululoga pun memiliki satu destinasi menarik. Berabad-abad sebelumnya, nenek moyang mereka menunjukkan teladan dalam toleransi. Ada seorang pria, moyang mereka, menikahi seorang gadis asal Tonggo, beragama Islam. Saking cintanya pada isterinya, dia tidak pernah mau mengajaknyaa masuk ke agamanya, Katholik, dan menggali sebuah sumur.

Sumur itu khusus digunakan sebagai wudhu bagi isterinya. Ada sebuah batu besar, bagian atasnya yang datar, digunakan sebagai tempat untuk sholat. Sumur dan batu itu masih ada hingga saat ini.

SUMUR WUDHU. Viktor Ndona, seorang tokoh masyarakat Ululoga, saat menjelaskan kepada juri terkait sejarah sumur tersebut. Foto: Dok Bank NTT Mbay

Sangat menarik jika diabadikan dari udara, karena Pajoreja akan terekspose secara utuh dengan rumah-rumah adat yang dibangun berhadap-hadapan, dan hanya dipisah oleh sebuah jalan cor beton. Tepat di ujung jalan, berdiri megah sebuah Kapela yang menghadap ke laut Mauponggo.

Baca Juga  Abad Banser

Kapela ini persis membelakangi gunung api yang pada saat-saat tertentu barulah bisa dilihat secara jelas puncaknya yang selalu diselimuti kabut. Bahkan hingga siang sekalipun, dan matahari sedang bersinar, Ebulobo tetap terhalang oleh kabut.

Kampung ini terletak di puncak, dan arenanya cukup menantang. Namun siapapun akan merasa dahaganya terpuaskan jika sudah tiba di temat ini. Saat tiba di sana, Stenly Boymau yang adalah juri Festival Desa Binaan Bank NTT 2022 dan Festival PAD, diajak berkeliling ke destinasi-destinasi ini.

Eh jangan lupa, di sinipun ada belasan rumah warga yang sudah dipersiapkan menjadi home stay. Siapa saja bisa nginap disana, dengan harga yang lumauan murah. Tak sampai Rp. 200 ribu anda sudah bisa nginap, menikmati suguhan pagi dan terlebih hawa sejuk yang datang dari lembah nan padat dengan kebun pala yang membentang.

Jangan risau jika tidak membawa uang cash yang cukup, anda bisa bertransaksi secara non tunai. Cukup mendekatkan smart phone ke barcode yang tersedia, mencocokkan nama pemilik usaha, mengisi nominal transaksi, lalu transaksi selesai. Mereka sudah mengenal layanan pembayaran dengan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), setelah disosialisasikan oleh Bank NTT beberapa tahun yang lalu.

Bank NTT cukup dalam menancapkan investasinya disana. Dari penguat sinyal hingga pendampingan kepada para pelaku UMKM. Ada kerupuk talas yang dijadikan kerupuk. Dan ini andil Bank NTT Cabang Mbay yang mengadakan  kemasan serta pelatihan pembuatan kemasan berstandar bekerjasama dengan Dekranasda Nagekeo pada bulan Oktober nanti. Untuk pembuatan produk pot rotan pun, Bank NTT berencana akan memberikan pelatihan kepada para pengrajin rotan pada bulan yang sama.

Baca Juga  Menkes: Gangguan Ginjal Akut di Indonesia Sudah Bisa Disembuhkan
INDAH. Kepala Desa Anakoli, Joseph Laka Rani saat menerima juri, Stenly Boymau bersama Lavny Manesi dan tim Bank NTT Mbay, di tebgah kebun cabai. Area ini dulunya gersang.
Foto: Dok Bank NTT Mbay

Anakoli Mendayung Asa

Jika Ululoga unggul dengan potensi Pala, Vanili, Kopi dan aneka holtikultura, maka Desa Anakoli lain lagi. Dataran rendah yang dulu dibiarkan terlantar, membentang luas di sepanjang pantai, dekat kawasan Pelabuhan Maropokot, kini sudah berangsur hijau. Anda bisa menemukan berhektar-hektar anggur. Jenisnya bermacam-macam. Hasil panennya dijual hingga ke Labuan Bajo yang jaraknya ratusan kilometer.

Kepala Desa Anakoli, Joseph Laka Rani, saat menerima Stenly di pantai Kotajogo yang berpasir  putih, dengan nada merendah, mengakui beberapa terobosan yang sudah dilakukan. “Disini kami unggul dengan tanaman holtikultura. Baru dua tahun saya menjadi kepala desa disini. Dulunya disini banyak lahan tidur, namun dengan dana desa, kami membeli kawat duri untuk pagaar. Seluruh lahan pertanian di desa ini kami pagari seingga tidak ada ternak yang masuk,”tegasnya. Setelah dipagar, warga enggan membiarkan lahan ini menjadi lahan tidur sehingga mulailah mereka berpikir keras membersihkan lahan dengan alat-alat pertanian yang sudah dibeli.

Lahan inipun mulai ditanami sehingga kini mereka punya berhektar-hektar tanaman holtikultura, sebut saja tomat, cabe, aneka sayuran dan umbi-umbian. Hampir 100 persen cabe di Mbay tidak lagi diambil dari NTB, karena mereka sudah mampu memproduksi sendiri. Begitu pula dengan aneka sayuran dan kacang-kacangan.

“Kesulitan saya dulu adalah mengajak warga menanam. Hanya sedikit saja yang mau. Tapi sekarang bapak lihat sendiri, diajak keluar dari kebun mereka sudah enggan. Karena sudah menikmati hasilnya,”ujar Joseph. Saat berada di tengah kebun cabe, Joseph menegaskan bahwa kini mereka menjadi penyuplay utama cabe ke Kabupaten Ende.

Baca Juga  Prabowo Subianto: there are no bad soldiers

Ladang mereka memang subur, karena dulunya adalah tempat ternak mereka merumput. Aneka tanaman umbi-umbian yang ditanam pun muncul umbi yang gemuk dan jika tidak cepat dipanen akan pecah umbinya. “Dari sinilah kami belajar bahwa dengan kerja keras dan inovasi, kami akan menikmati hasilnya,”jelas Yoseph. Hanya satu kendala mereka, ketiadaan signal ponsel membuat mereka kesulitan dalam memantau harga di pasaran serta potensi di daerah lain. “Makanya dengan dana desa, kami akan membeli alat penguat sinyal biar warga saya bisa gampang dikontrol dan juga, mereka pun bisa memantau harga di pasaran,”jelas Joseph.

Pjs Pimca Bank NTT Cabang Mbay, Mathias Tifaona menegaskan bahwa pihaknya memberi perlakuan berbeda pada kedua desa ini. Di Ululoga, mereka masuk melalui Bumdes Tunas Baru Ululoga, dimana Bumdes tersebut akan dijadikan sebagai agen laku pandai Bank NTT.

Upaya ini untuk membantu memudahkan transaksi keuangan seperti proses penarikan tunai, setor tunai, transfer antar bank, transfer internal Bank NTT, pembelian pulsa listrik dan pulsa HP, pembayaran BPJS Kesehatan, pembayaran tagihan televisi berlangganan, dan juga pembayaran pajak.

Berbagai intervensi yang sudah dilakukan oleh Bank NTT Cabang Mbay ternyata mendapat respon yang positif dari aparat desa Ululoga. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Desa Ululoga, Krispianus Mo’o. Krispianus mengaku sangat terbantu dengan intervensi yang telah diberikan Bank NTT. Tak hanya itu, di Anakoli, Bank NTT pun ikut mensupport warga dengan pengadaan bibit tanaman holtikultura. (tim/boy)

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *