MEDIATORSTAR.COM, Kupang
Alumni angkatan 88 SMAN 1 Kupang memateraikan Februari, bulan kasih sayang ini, dengan menghadirkan sebuah moment penuh cinta. Angkatan ‘Big Boss’ yang dikomandani Harry Alexander Riwu Kaho ini mengundang hampir sebagian besar guru yang mendidik mereka saat sekolah, lalu menyerahkan bingkisan sebagai tanda kasih kepada orang-orang hebat itu.
Dan ini berlangsung Senin 28 Februari 2022 malam sekira pukul 20.00 Wita di salah satu ruangan pada Kristal Hotel Kupang. Para guru yang hadir saat itu, para mantan kepala sekolah seperti Abdul Kadir Gudi Goro, Jerhans Ledoh, Maxwell Halundaka, dan para guru diantaranya Magdalena Data, Frans Deibolo Sowo, Musa Dimu, Rody Suryantje Ledo Adoe, Sietske Banoet Overbeeck, Caecilia Kartikawati, Isakh Koroh, Johanes Kykon, Elvis Leba Manafe, Benediktus Amal, dan Maria Magdalena Ema Yohana Dudde.
Ketika diberikan kesempatan untuk berbagi kesan, Maxwell Halundaka sebagai pembuka menyatakan rasa syukurnya pada Tuhan atas anugerahNya karena masih memberi kesempatan bertemu rekan seprofesi dan mantan anak didiknya setelah 38 tahun berpisah.
“Puji Tuhan 38 tahun namun anak-anak masih ingat kami. Saya bersyukur karena kesempatan ini, dihadirkan oleh alumni SMAN 1 Kupang angkatan 88. Ada kebanggaan bagi kami. Dari seluruh angkatan yang paling sedikit jumlah siswanya, adalah 88 karena A1, 2, A3, dan A4 masing-masing satu kelas dengan jumlah siswanya sekitar 180 orang,”kenang Max yang saat itu masih menjadi kepala perpustakaan. Ada banyak kisah mengenai andil angkatan ini dalam mengharumkan nama sekolah. Karena selain berprestasi di bidang akademik, mereka pun menyabet sejumlah penghargaan di bidang ekstrakurikuler. Max pun mengenang, ada satu nama yang suka membuat onar saat itu, yakni Boy Klemens, namun ada kelebihannya yakni Boy tidak pernah jauh dari sekolah dan selalu dekat dengan guru.
“Namun ada satu kebanggaan bagi kami karena angkatan ini banyak yang sekarang sudah jadi orang yang berguna bagi bangsa. Ada banyak pejabat eselon II, dokter, ada yang jadi pendeta bahkan Dirut Bank NTT,”tegasnya sembari berpesan agar persekutuan yang sudah dibangun ini terus dilanjutkan, dia pun mengutip kitab Mazmur 133:1-3.
Guru lainnya, Maria Dudde saat itu menegaskan bahwa seorang guru memiliki pendekatan yang berbeda ketika mengajar. Ada yang menggunakan cara keras, namun ada juga yang lembut. Namun semua memiliki tujuan yang sama, melahirkan generasi yang cerdas dan memiliki sikap yang baik di kemudian hari.
”Tapi satu hal yang mau saya katakan, bahwa bapak ibu alumni tidak mau mengingat apa yang para guru sudah lakukan ketika sekolah, yakni bersikap keras. Dan ini dibuktikan pada malam hari ini,” ujarnya. Bahkan dia menaruh bangga pada angkatan 88.
“Ketika saya dapat undangan, saya katakan bahwa angkatan 88 ini adalah angkatan yang luar biasa. Karena jika kita ingat apa yang dilakukan oleh para guru saat itu, tentu tidak akan ada pertemuan seperti ini,”ujarnya. Dia mengajak semua harus bersyukur, angkatan ini sungguh menginspirasi. Karena banyak yang menjadi orang yang sukses.
“Ada Pak Alex yang jadi Dirut Bank NTT, ada juga Kepala Inspektorat NTT, ada anggota DPRD, ada dokter. Memang saat itu ada yang sering kena cubit, disuruh push up, angkat batu dan sebagainya, namun ini hasilnya sekarang. Sepanjang saya ikuti reuni, saya katakan bahwa 88 adalah angkatan yang luar biasa. Berkat Tuhan yang bapak ibu sudah terima, bukan jadi milik sendiri tapi membagikannya kepada orang lain,”ujarnya sembari memohon maaf atas kekhilafan sewaktu mengajar saat itu.
Hal yang sama disampaikan oleh Ibu Elvis Manafe dan koleganya Ibu Ody Ledoh. Mereka bersyukur karena anak-anak didiknya tidak pernah melupakan mereka. “Kami mengucap syukur. Kami doakan kiranya tetap suskes dalam tugas. Kiranya usaha bapak ibu selalu maju, dan selalu ingat sesama. Salam hormat untuk semua yang ada di rumah,”ungkap ibu Elvis.
Kesan ini dipertegas lagi oleh Abdul Kadir Goro. Dia tak habisnya mengajak semua untuk bersyukur atas karya Tuhan, yang memberi mereka usia yang cukup dan mempertemukan mereka kembali setelah sekian lama terpisah.
“Saya atas nama guru-guru berterimakasih karena angkatan ini masih mengingat kami. Kita sampai usia begini, karena selalu bersyukur kepada Tuhan. Karenanya saya ajak kita sekalian untuk harus selalu bersyukur. Harus diakui, saat itu kami guru-guru bertindak keras, tapi saya bilang itu bukan keras melainkan disiplin. Yang ribut disuruh angkat batu, push up, itu didikan. Saya sering omong, jangan liat apa yang dididik hari ini namun liat di depan. Syukur karena semuanya berhasil.”
Dia menyebut sejumlah nama pejabat seperti Th. Hermanus mantan Sekda NTT, Ketua DPRD NTT saat ini, Emy Nomleni, Hosea Dally, serta Jonas Salean dan banyak lagi. “Pernah saya ketemu pak Jonas, beliau bilang sama saya, saya pernah ketok kepalanya dan benjol. Saya katakan, justru karena ketok itulah sekarang Anda jadi walikota, lalu kami tertawa. Saya juga mau ucapkan selamat kepada Pak Alex Riwu Kaho karena sudah menjadi Dirut Bank NTT,”ungkap sosok yang sangat disegani di masanya itu.
Ketua Ikatan Alumni SMAN 1 Kupang, DR. Luiggi Michael Riwu Kaho saat itu berterimakasih kepada para guru yang sudah mendidik mereka, serta kepada alumni 88 yang selalu memberi warna positif. Dia mengingatkan trilogi Smansa yang sudah diterapkan oleh alumni 88 yakni sudah hadir untuk sesama, tidak melupakan almamater, serta berguna bagi nusa, bangsa dan kemanusiaan.
“Saya mewakili pengurus berterimakasih karena ada hal baik yang dilakukan oleh angkatan ini yang harus ditiru. Kami berharap agar angkatan ini terus menjadi contoh yang baik,”harapnya.
Ketua alumni 88 Smansa Kupang, Harry Alexander Riwu Kaho dalam sambutannya tak mampu menyembunyikan rasa haru sekaligus bangga atas pertemuan spektakuler ini. “Karena kita semua masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bertemu, lagipula bapak ibu yang sudah sepuh, mau hadir bersama kami malam ini. Tentu kami tidak bisa membalas kehormatan yang sudah bapakm ibu berikan untuk kami,”ungkap Alex mengawali kata hati alumni 88 malam itu.
Diakui, mereka bisa berdiri hari ini sebagai orang-orang yang diberkati dalam dunia usaha, serta aneka profesi lainnya, karena sentuhan tangan-tangan para guru. Angkatan 88 menurutnya adalah angkatan penuh suka dan duka. Sering disebut angkatan obat sakit kepala, dan sebutan lainnya. “Namun kami menyebutnya pasukan Big Boss karena saat itu sedang trend sepatu jenis ini sehingga kami bisa ‘bela diri’ (main petak umpet) dengan Pak Kadir (Abdulkadir Goro). Namun karena itulah kami bisa mandiri,”ungkap Alex terus membuka lembaran kisah masa lalu saat di bangku sekolah.
Hasil didikan yang fundamental, membuat angkatan ini menjadi angkatan yang tahan banting. Apalagi jumlahnya paling sedikit sehingga gampang diingat, dan, mereka sulit menghindari guru.
Tiga tahun sekolah dan 38 tahun berkarya dalam bidang dan profesi masing-msing, membuat mereka rindu untuk bersua, sehingga terjadilah pertemuan malam itu di Kristal Hotel. Dia berharap, ada sedikit ungkapan kasih dari alumni, bisa menjadi tanda kasih yang akan terus dikenang.
“Mudah-mudahan hal-hal yang sedikit ini kita bisa berbagi, tetapi sesungguhnya adalah mewakili keseluruhan rasa hormat, rasa bangga, rasa syukur, bisa menjadi anak didik bapak ibu, yang kami bagikan dalam cerita indah setiap waktu dan kesempatan. Biarlah ruang malam hari ini menjadi kisah dan keteladanan bapak ibu menjadi bekal ketika kami diberkati panjang umur,”tegas alumnus Faultas Hukum Undana Kupang ini.
Dia berdoa, agar semuanya tetaop sehat, sambil terus mempersiapkan diri dari kehidupan sekarang menuju kehidupan yang penuh sukacita, bersama sang Bapa di sorga. Dia memohon maaf jika dalam moment ini banyak kekurangannya, dan semoga kedepan mereka berbenah agar lebih baik lagi.
Moment ini ditandai dengan penyerahan bukti kasih sayang dari anak murid ke para guru berupa buku rekening Bank NTT, serta sejumlah bingkisan kasih sayang. Ada dua kidung bertema cinta dan kasih yang tak bertepi atas kebaikan para guru, yang dibawakan oleh seluruh alumni yang hadir. Moment ini diikuti oleh setidaknya puluhan alumni di Kota Kupang, bahkan ada yang datang dari Jakarta dan kota-kota lainnya. Sementara, panitia pun menyediakan layanan zoom meeting sehingga alumni yang di Brisbane, Bali, Jakarta, dan dr. Oya Pello yang bertugas di rumah sakit pun mengikutinya penuh khusuk. (MSC01)