MEDIATORSTAR.COM, Kupang
Badan Pengurus asosiasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Provinsi NTT memiliki cara tersendiri dalam mendorong produktifitas sektor pertanian di NTT. Dalam program 100 hari pertama, Ketua Umum KADIN NTT, Bobby Lianto, membangun kerjasama dengan KADIN Pusat dan KADIN kabupaten serta Pemda Kabupaten Belu, untuk menanam jagung di lahan seluas 8 hektar di Desa Tula Kadi Kabupaten Tasifeto Timur Kabupaten Belu.
Dan Jumat (18/3) pagi, diadakanlah panen jagung sehat tanpa menggunakan pupuk kimia. Seremoni ini dihadiri dewan kehormatan KADIN NTT, Abraham Paul Liyanto, Bupati Belu, dr Agustinus Taolin, Ketua Umum KADIN NTT, Bobby Lianto serta pengurus lainnya seperti dua koordinator KADIN NTT masing-masing Blasius Lema dan Christoper Samara. Hadir pula Waketum KADIN NTT yakni Yesenia Liyanti, Waketum Bidang Pariwisata, Stefani Loemau di Bidang Pertanian dan dr Eki Gonang, Waketum Bidang Kesehatan.
Bobby Lianto kepada media menegaskan bahwa di lahan seluas 8 hektar ini mereka mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. “Saat itu saya tanyakan mengenai perbandingan hsil panen sekarang dengan sebelumnya dan mereka katakan, panen kali ini sangat menggembirakan dibanding sebelumnya. Jika sebelumnya dalam satu hektar hanya bisa memproduksi dua ton, maka dengan perlakuan ini menghasilkan 9-10 ton jagung,”tegas Bobby sembari menambahkan ini adalah serangkaian kegiatan dalam rangka program 100 hari KADIN NTT.
Benih yang digunakan adalah jenis hybrida dengan menggunakan pupuk bio hayati dimana tanah semakin sehat dan hasil yang sangat bagus. Ketika melihat hasil yang maksimal, maka mereka akan menggarap lahan yang lebih luas lagi.
Sementara Abraham Paul Liyanto saat itu menjelaskan, program ini digagas oleh KADIN NTT karena tiga bulan lalu ketika mereka melantik KADIN Belu, mereka melihat ada potensi lahan pertanian yang bisa diolah. “Kita diantar oleh bupati untuk melihat program Presiden di Rotiklot yakni Food Estate. disana lahannya besar, air dari bendungan Rotiklot berlimpah namun teknologinya belum dikuasai oleh masyarakat. Dan sudah dicoba beberapa kali, kurang berhasil karena metodenya salah. Kami melihat ini ada yang kurang yakni metode penanaman serta SDM. Nah SDM yang ada tidak menguasai teknologi sehingga apapun yang diinvestasikan akan sia-sia,”ungkap Paul.
Mereka kemudian bersinergi dengan pengurus KADIN pusat yang juga pengurus dari Kendari yakni Sandriyanto, sebagai seorang tokoh di bidang pertanian. Ada perlakuan berbeda yang dilakukan di Kendari dan berhasil sehingga pihaknya pun menerapkan di Belu. “Di Kendari banyak yang berhasil, dan jika dalam satu hektar jagung tanpa perlakuan, menghasilkan 2 ton dan dengan perlakuan metode dan juga pupuk akan menghasilkan 9 hingga 10 ton jagung. Ini bisa dua kali lipat dari tanam biasa,”tegas Paul. Karena itu, KADIN NTT ingin membuktikan dan dijadikanlah lokasi yang baru dipanen ini sebagai percontohan.
Menurut Paul, jika 3.026 desa di NTT menerapkan pola yang sama dengan menggunakan dana desa yang kisarannya mencaai Rp 3 T, maka lahan tidur di masyarakat akan diolah dengan baik dan mampu berproduksi. “Sehingga KADIN datang untuk membangunkan mereka agar lahan tidur itu diisi, aset yang tidur itu dibangkitkan. Nah inilah kolaborasi KADIN Pusat, provinsi dan kabupaten. Kami berharap desa ini menjadi contoh dan bupati serta seluruh stafnya datang, melihat bahwa KADIN memberi bukti bukan janji, untuk mendukung program Gubernur Pak Viktor Bungtilu Laiskodat yakni TJPS (Tanam Jagung Panen Sapi) maupun program Pemerintah Kabupaten Belu,”tegas Paul. Untuk memudahkan masyarakat dari sisi pendanaan, maka KADIN NTT menyiapkan bibit, pupuk dan alat pertanian serta masyarakat menyiapkan lahan dan SDM. Hasilnya akan dibagi dengan masyarakat. (MSC01)