Labuan Bajo (MEDIATOR)—Kemegahan informasi mengenai Labuan Bajo sebagai destinasi premium pariwisata Indonesia, ternyata tidak seiring dengan kenyataan. Para pelaku wisata laut, yakni pemilik kapal wisata seperti Phinisi, dan juga para nelayan mengeluh. Pasalnya, mereka sangat kesulitan memperoleh bahan bakar untuk kapal. Hal ini tertuang dalam sepucuk surat pengaduan yang ditujukan kepada Ketua Umum JAPNAS (Jaringan Pengusaha Nasional) NTT, Ketua Dewan kehormatan HIPMI NTT, H Fahmi Abdullahi.
Andy Ansyaruding Tahiya selaku pemerhati masyarakat nelayan dan wisata Labuan Bajo, dalam suratnya yang mengatasnamakan masyarakat itu menyampaikan keluhan masyarakat pelaku wisata dan nelayan di Labuan Bajo.
“Khususnya kami yang bergerak di Bidang Pariwisata khususnya di laut yakni pemilik kapal wisata plus masyarakat nelayan. Terus terang, selama ini kami sangat kesulitan dalam memperoleh bahan bakar bahkan sangat kekurangan, baik itu pertalite maupun solar,”tulisnya.
Atas kendala tersebut, mereka sebagai penyedia layanan pariwisata bagi para wisatawan, mengaku sangat terbatas dalam pelayanan. Karena mayoritas kapal pariwisata dan nelayan menggunakan Solar.
“Kami beraktivitas sebagai pelaku wisata dan juga nelayan. Agar kalau bisa kami memperoleh bahan bakar bersubsidi, seperti di daerah lainnya. Kami berharap kepada pengurus JAPNAS , HIPMI dan APINDO agar kiranya bisa memberikan solusi sehingga apa yang menjadi harapan masyarakat bisa teratasi,”tulisnya.
Dalam diskusinya dengan Fahmi Abdullahi di Labuan Bajo pekan kemarin di sela-sela perayaan HUT REI tingkat nasional tahun 2024, masyarakat sangat berharap perhatian serius pemerintah terhadap masalah ini. Jika tidak, bukan tidak mungkin mereka akan membatasi pelayanan terhadap kepariwisataan di Labuan Bajo sebagai tindakan serius atas kesulitan bahan bakar.
“Bagi kami Labuan Bajo sebagai daerah wisata super prioritas , tentunya bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah, daerah maupun pusat sangat diharapkan,”tulis mereka.
Kepada media ini, Fahmi yang juga Wakil ketua Umum DPD APINDO NTT ini membenarkan informasi tersebut.
“Di sela saya mengikuti rangkaian HUT REI di Labuan Bajo, saya ditemui perwakilan masyarakat yang mewakili 70 persen pengusaha kapal Pinisi yang bergerak di sektor wisata bahari Labuan Bajo. Dalam suratnya dan juga ketika tatap muka, mereka mengeluh bahwa selama ini sangat kesulitan BBM untuk operasional kapal,”tegas Fahmi.
Keluhan masyarakat tersebut menurutnya sudah dia terima dan dia berkomitmen untuk memperjuangkannya ke tingkat provinsi dan nasional. Karena menurutnya, jika ini tidak segera dituntaskan maka akan berdampak serius pada pelayanan kepariwisataan bahasi di Labuan Bajo. Bukan tidak mungkin, pelayanan pariwisata akan terancam mundur.
“Saya akan perjuangkan aspirasi mereka agar mereka sebagai pelaku ekonomi yang menggerakkan sektor pariwisata di Labuan Bajo bisa semakin baik melayani masyarakat yang berkunjung ke sana,”tegas Fahmi sembari menambahkan bahwa bersama ketua umum APINDO NTT saat ini, Bobby Pitoby, mereka akan memperjuangkan lewat jalur organisasi tingkat pusat, dan dia juga berniat untuk memperjuangkannya melalui ketua umum Japnas pusat, Bayu Priawan Jokosoetono dan juga lewat BPP HIPMI, Akbar Buchari.
“Setelah berdiskusi dengan mereka, ada dua hal prioritas permintaan mereka yang harus segera dijawab yakni jatah alokasi BBM untuk Labuan Bajo ditambah khususnya kapal Phinisi wisata dan kedua, perlu adanya SPBU khusus buat kapal Phinisi yang gampang dijangkau karean tersedia di penjuru Labuan Bajo,”pungkas Fahmi. (KJR)