KALABAHI, MediatorStar.com – “Kami yang tinggal di Pulau Ternate ini seluruhnya nelayan. Penghasilan kami tidak menentu, tergantung hasil tangkapan. Sedangkan seluruh perempuan disini, baik kecil maupun besar adalah penenun. Mereka sudah bisa menenun sejak SD,”demikian Ketua BPD Desa Ternate Uma Pura, Kecamatan Alor Barat Laut Kabupaten Alor, Bakhtiar Loma, Kamis lalu di Ternate. Pernyataannya sangat beralasan, pulau itu tandus, memang ada lahan yang dulu dijadikan hutan. Namun sejak belasan tahun lalu sudah dijadikan hutan lindung dan warga dilarang merambah kesana.
Otomatis, mereka kekurangan lahan pertanian dan seluruhnya melaut. Lebih jauh Bakhtiar mengurai, hampir setiap hari, ada puluhan hasil tenunan yang diproduksi warga. Semuanya disimpan di rumah. Jika ada pengunjung yang kesana, barulah mereka keluarkan untuk dijual. Itupun dengan harga yang murah. Padahal, kualitas tenun disana sangat bagus. Ada dua jenis pewarna yang digunakan yakni pewarna alam dan kimia. Namun terbanyak yang digunakan adalah pewarna alam. Mereka punya segalanya disana. Hutan memberi mereka setidaknya 90 jenis tanaman yang menghasilkan 90-an warna alam.
“Kami ditakdirkan hidup dari laut dan tenun ikat. Bank NTT sudah mendampingi kami sejak tahun 2002, ada lima kelompok yang dibantu, dan berjalan baik. Kami berharap agar produk kami dipasarkan hingga ke luar,”tambahnya diamini Kades Ternate, Rahman Kasim.
Pengakuan yang sama datang dari Jamalia Sahid dan Rahmatia Nazir. Kedua penenun ini menjelaskan, sejauh ini produk yang dihasilkan adalah selimut, sarung, kopiah, serta ikat pinggang. Mereka selalu membawanya ke Alor besar untuk menjual jika ada pasar rakyat. Namun harga yang ditawar sangatlah murah, namun karena butuh, mereka rela melepasnya. “Kendala kami di pemasaran. Dulu ketika jaman ibu Dina Takalapeta, tenunan kami dibeli langsung bayar. Kami ingin begitu lagi, setiap produk kami dibeli dan langsung bayar. Kami dengar Dekranasda provinsi juga demikian. Semoga ibu Julie Laiskodat tau dan datang kesini,”harap mereka berdua.
Ternate memang sangatlah special. Ketika juri Festival Desa Binaan Bank NTT, Stenly Boymau, Pimpinan Cabang Bank NTT Kalabahi, Jeffrey Corputty tiba dengan sebuah perahu, mereka memajang ratusan tenunan dengan corak-corak berkelas, di sepanjang jalan desa. Beraneka motif hasil tenunan mereka, seperti gajah, rusa, ikan, kepiting dan beberapa hewan lainnya. Rupanya ada history dalam setiap corak, yang sudah dituangkan dalam desain digital. Bagi siapa yang ingin tau tentang sejarah Ternate serta tenunannya, tinggal scan kode batang pada media yang disiapkan, lalu silahkan akses informasinya. Bank NTT hadir untuk memfasilitasi layanan transaksi berupa digital maupun elektronik.
Pimpinan Cabang Bank NTT Kalabahi, Jeffrey Corputty saat itu menjelaskan bahwa Bank NTT memiliki pertimbangan khusus memilih Ternate sebagai desa binaan. Diantaranya, mereka memiliki potensi yang special yakni tenunan. “Disini ada ribuan penenun. Seluruh ibu rumah tangga disini dan remaja putri adalah penenun. Mereka sudah mahir menenun sejak kelas tiga SD. Dan bagi kami, mereka harus didampingi,”tegas Jeffrey menambahkan, Bank NTT lalu memfasilitasi mereka dengan layanan penjualan secara digital. “Kami bangun komunikasi dengan Bukapalak, dan saat ini ada produk warga disini yang tembus digital market. Silahkan bisa dilihat disana, jadi di setiap musim, siapapun bisa memesan hasil tenunan melalui media online. Ada agen disini yang membantu warga,”jelasnya.
Terobosan itu baru dimulai pada Mei lalu, dan transaksinya lumayan menggembirakan yakni Rp 1,7 juta dan bulan berikutnya sudah naik menjadi Rp 4 juta lebih. Lonjakan transaksi yang menggembirakan.
“Dengan terobosan-terobosan ini, saya yakin akan semakin berkembang. Kedepan kami akan terus kembangkan yakni pola pemasaran dengan cara digital, dengan demikian maka impian menjadikan Bank NTT sebagai super smart bank semakin nyata,”tegas Jeffrey dengan nada optimis.
Dia bersama warga Ternate sangat gembira karena jika dulu produk mereka berkelas lokal, hari ini sudah tembus pasar nasional. Alor menurutnya memiliki tiga komoditi yang masuk indikasi geografis yakni Tenun Ternate, Tenun Songket, dan Vanili Alor. Ada beberapa produk yang diusulkan untuk mendapatkan HAKI, yakni VCO, Minyak Kemiri Menbang, kopi, dan makanan tradisional. (boy)