Kuliah Umum di FISIP Undana, Frans Gana Beber Hasil Riset Pariwisata di TTS dan Rote Ndao

Nuansa NTT246 Dilihat

Kupang (MEDIATOR)- Dr Frans Gana, M.Si (Dosen FISIP Undana), dalam kuliah umum ‘Keberlanjutan Bisnis Era Revolusi Industri 5.0 dan Society 5.0’ yang digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undana Kupang, Rabu (27/9) di aula kampus FISIP, Penfui, membuka ke publik mengenai hasil risetnya.

Dalam kuliah yang di moderatori Dr. Khalid K. Moenardy, M.Si dengan dua pembicara lainnya masing-masing Prof. Dr. Ir. Ricky Avensora, M.SC.F (Dosen Ekowisata Institut Pertanian Bogor) dan  Harry Alexander Riwu Kaho, SH., MM (Dirut Bank NTT) itu, Frans Gana dalam materinya ‘Keberlangsungan Bisnis di Era Revolusi Industri 5.0 dan Society 5.0: Kajian Empiris Bisnis Pariwisata’ saat itu mengutarjan mengenai hasil penelitiannya di Kabupaten TTS dan Rote Ndao.

“Hasil perjalanan saya dengan Pak Fred Dethan M.SC AGR dan hasil penelitian ini sejatinya saya dedikasikan juga untuk pencapaian gelar profesoer saya. Dan hasil penelitian ini telah dimuat di jurnal internasional. Yakni di TTS sedangkan hasil penelitian di Rote Ndao sudah diterima di jurnal Scopus,”tegasnya mengawali materi.

Dikatakannya, dia coba melihat berdasarkan penelitian empirik di dua tempat ini, apakah benar kemudian keberlanjutan bisnis pariwisata ini hanya merupakan kerja pemerintah saja atau swasta, atau sumbangan perkembangan teknologi.

Baca Juga  Jokowi Kunjungi Kampus Bambu dan Sapa Mama-mama Bambu di Ngada

“Nah untuk TTS, memang kami temukan ada sesuatu yang menarik. Kalau kita bicara tentang inovasi maka sesungguhnya inovasi itu walaupun dimulai dari bidang bisnis, teknologi, namun juga diserap di dunia publik. Yang kemudian menjadi society 4.0 dan itu diimplenetasi. Untuk pariwisata di TTS, kami temukan bahwa ada satu produk yang sudah diperkenalkan. Kalau kita buta di http://ttskab.go.id >, kalau kita klik disitu, langsung ketahuan, kita temukan semua tentang objek dan subjek pariwisata. Ini yang diserap di dunia publik,”jelasnya menambahkan, ada konsep yang ditawarkan yakni konseo new publik manajemen. Ini yang membedakan dari bisnis ke publik. Secara teori menurutnya, para pakar menyatakan bahwa dia mengakomodasi apa yang menjadi hidup di masyarakat berupa kearifan lokal.

Dua menemukan satu kalimat di TTS yakni Koton Loy dan ini yang kemudian dijadikan satu kekuatan, dalam bahasa Indonesia menjadi gotong royong namun secara konsep kemudian dikenal sebagai publik private partnersip.

“Jadi dalam konsep new publik manajemen dan publik private partnersip itu dijadikan kekuatan untuk pengembangan pariwisata di TTS. Jadi ada istilah lokal yang diserap. Ada Koton Loy. Saya coba angkat dan kami dengan Pak Fred, angkat kebijakan lokal yang menjadi dasar. Jangan melupakan kekuatan di masyarakat. Kami temukan spirit ini di berbagai tempat, termasuk di lokasi-lokasi Desa Binaan Bank NTT, seperit di Desa Binaan Ajaobaki, di Mollo Utara,”jelasnya.

Baca Juga  Hamamah Horsan, Kepala Desa Perempuan Pertama di Amarasi

Lokasi penelitian kedua, yakni di Kabupaten Rote Ndao, menurutnya, agak unik. Rote terkenal dengan aset pariwisatanya namun oleh masyarakat setempat, mereka justru merasa biasa. Potensi ini dilirik dan diberdayakan oleh Pemkab Rote Ndao, dengan menghadirkan website resmi ROTENDAOKAB.GO.ID: informasi tentang pariwisata pantai Oeseli, Telaga Nirwana, pantai Nembrala, pantai Bo’a, labirin pantai Mulut Seribu, benteng Alami Pantai Laviti, danau Laut Mati, pantai Tolanamon, pantai Oesosole, bukit Mando’o, tiang bendera dari zaman Belanda, dan batu Termanu. Temuan penelitian ini berbeda dengan temuan penelitian Arif Rahman Hakim (2012) yang menekankan penting adanya bangunan fisik sebagai pusat informasi untuk memaksimalkan pariwisata di Semarang.

Ada juga aplikasi pengembangan pariwisata berbasis digitalisasi yaitu “Explore Rote – Rote Dalam Genggamanmu” yang dapat diakses melalui play store android/mobile phone oleh siapa saja baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Digitalisasi Explore Rote – Rote Dalam Genggamanmu inilah merupakan unsur pembeda paling utama dari model existing dalam pengembangan pariwisata di kabupaten Rote Ndao. Dalam aplikasi explore rote – rote dalam genggamanmu tersebut telah disediakan berbagai informasi awal tentang destinasi, hotel villa, Resto RM, UKM, dan Kontak.

Baca Juga  IARMI Sumba Timur Terbentuk, Ini Strukturnya

Namun terdapat keterbatasan dari aplikasi explore rote – rote dalam genggamanmu tersebut ialah informasi yang disediakan belum detail dan belum terintegrasi yaitu belum menyediakan informasi biaya kamar hotel, menu dan harga makanan resto RM, harga produk UMKM, jadwal transpotasi laut dan udara, tour guide, destinasi dan event-event wisata antara daerah di propinsi NTT dan Indonesia.

Ke depan dalam rangka pengembangan industry pariwisata pentingnya mengintegrasikan digitalisasi ke dalam pariwisata (Barykin dkk., 2021). Langka awal digitalisasi pariwisata di Kabupaten Rote Ndao telah dimulai, walaupun terdapat keterbatasan yang  ada. Keterbatasan aplikasi tersebut akibat dari adanya keterbatasan APBD dinas kebudayaan dan pariwisata Rote Ndao. (KJR)

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *