KUPANG, MediatorStar.com – Kota Kupang sedang dalam kondisi rawan Demam Berdarah (DBD). Pasalnya, hingga pekan ke-23 tahun 2021, sebanyak 523 orang warga yang diserang DBD, tiga diantaranya meninggal dunia.
Ketika orang warga itu berasal dari Kelurahan Oesapa, Maulafa dan Alak. Sementara kecamatan dengan jumlah kasus terbanyak adalah Kecamatan Oebobo yakni 171 kasus, dan di kecamatan ini, ada satu kelurahan yang jumlah penderita DBD paling tinggi yakni Kelurahan Oebobo, 41 kasus.
Kecamatan kedua, yang menempati rekor tertinggi yakni Kecamatan Maulafa dengan total 105 kasus, terbanyak di Kelurahan Penfui 17 kasus. Di urutan tiga, ada Kecamatan Kelapa Lima dengan total 93 kasus. Kelurahan di kecamatan ini yang jumlah kasusnya tinggi yakni Kelurahan Kelapa Lima yakni 37 kasus. Sedangkan di urutan empat, Kecamatan Alak dengan total kasus 55, dan di kecamatan ini, kelurahan dengan jumlah kasus tertinggi adalah Penkase Oeleta dan Alak masing-masing 10 kasus. Di urutan lima, ada Kecamatan Kota Raja yakni 47 kasus dan di kecamatan ini, kelurahan yang angka penderita DBD-nya tinggi adalah Naikoten I yakni 14 kasus. Sedangkan kecamatan dengan penderita DBD paling sedikit yakni Kota Lama yakni 52 kasus dan kelurahan di kecamatan ini yang penderita DBD-nya tinggi adalah Oeba yakni 10 kasus.
Ada dua kelurahan yang warganya bebas dari DBD yakni Kelurahan LLBK dan Naioni.
Data-data ini dibenarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, Drg Retnowati. Kepada MediatorStar.com beberapa saat yang lalu di Kupang, Retno menegaskan kepada seluruh warga Kota Kupang agar jangan lengah terhadap kian meningkatnya angka warga yang terkena DBD. “Saya tegaskan bahwa kita tidak boleh lengah karena data menunjukkan adanya peningkatan. Masuk minggu ke-23 di tahun 2021, ada tiga warga meninggal, dan trend kasusnya semakin naik,”demikian Retno yang saat itu menyarankan agar juri lomba Kupang Ayo Terus Berubah, memasukkan kebersihan rumah dan halaman menjadi salah satu parameter.
Karena salah satu penyebab tingginya angka DBD karena lingkungan yang masih belum bersih. “Karena itu saya meminta agar dalam kegiatan lomba kelurahan bersih nanti, daerah atau rumah-rumah yang bebas jentik nyamuk juga masuk jadi salah satu kriteria. Bagi kami ini sangat penting karena jumlah kasus DBD di Kota Kupang lumayan tinggi,”tambah Retno lagi. Dari data-data diatas, dirincikan lagi usia yang paling banyak diserang adalah anak dengan usia 5-9 tahun yakni 39 %, disusul 1-4 tahun 34 %, 10-14 dan 15-44 tahun masing-masing 11 % dan dibawah 1 tahun 5 %.
“Perkembangan kasus mingguan DBD 3 minggu terakhir menunjukkan penurunan kasus namun pada 1 minggu terakhir terjadi kenaikan. Untuk itu dihimbau agar terus waspada dan sangat diharapkan partisipasi aktif masyarakat untuk terus melakukan upaya pencegahan peningkatan dan penanggulangan kejadian DBD pada minggu-minggu kedepan,”demikian penegasan resmi Pemkot Kupang melalui Dinas Kesehatan. Peran lintas sektor juga diharapkan untuk meredakan berbagai pandemi yang melanda. (boy/msc)