MEDIATORSTAR.COM, Kupang
Dalam melakukan kunjungan kerjanya selama enam hari (21-26 Januari 2021), Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat disuguhi beraneka ragam kekayaan alam tanah Timor. Di hari pertama, ketika berkunjung ke Desa Ajaobaki, Kecamatan Mollo Utara-TTS, tepatnya di sentra penjualan aneka produk yang dihasilkan Kelompok Wanita Tani Suka Maju, Gubernur VBL disambut meriah.
Bersama undangan duduk di teras UMKM Suka Maju itulah, VBL disuguhi aneka penganan, stik, serta minuman hasil racikan mama-mama Ajaobaki. Jangan ditanya dari mana asal bahan baku aneka penganan dan minuman yang disuguhi. Mereka mengoleksi 31 jenis makanan ringan maupun minuman fermentasi. Ada wine jahe, pisang dan sebagainya.
Ajaobaki memang pantas tampil sebagai yang terbaik dalam ajang Festival Desa Binaan Bank NTT tahun 2021 lalu. Karena mereka sangat terampil memainkan perannya sebagai badan usaha di desa yang mengcover sebagian besar hasil produksi petani disana. Mereka berhasil mencatatkan laba yang tidak sedikit. Puluhan juta sebulan, dan tercatat dalam pembayaran baik melalui QRIS, maupun kanal pembayaran digital maupun elektronik yang disediakan oleh Bank NTT.
“Ini (Festival Desa Binaan) adalah upaya cerdas yang dilakukan oleh mereka (Bank NTT). Yaa… sekarang mereka sudah mulai pintar,”tegas pemegang saham pengendali bank milik daerah itu sambil terus menikmati kacang telur khas Ajaobaki. Dia sangat menikmati suasana sore itu.
Foto: stenly boymau
Dia tau bahwa ketika UMKM diberdayakan, maka akan hidup belasan hingga puluhan keluarga. Itulah yang menjadi alasan, dimanapun dia berada dan kemanapun dia diundang, ada produk UMKM yang diborongnya. Jumlahnya tak sedikit. Jika UMKM dengan komoditi unggulan madu, maka tak segan dia membeli ratusan bahkan ribuan botol sekaligus. Sama halnya dengan UMKM dengan produk unggulan perikanan, abon ikan misalnya. Apalagi kelor dan aneka produlk lainnya yang selama ini di serukan untuk ditanam dan dibudidaya.
“Kita harus gunakan hasil UMKM kita, misalnya teh kelor, sabun kelor, kopi lokal, kerajinan tangan kita. Itu supaya pasar dengan produk-produk lokal dapat bertumbuh pesat. Ini juga instruksi Presiden untuk dapat memulihkan ekonomi dan menumbuhkan ekonomi kita,”ujar VBL saat berada di Desa Kufeu Kecamatan Io Kufeu Kabupaten Malaka, Minggu (24/1). Saat berada di Rumah Produksi Marungga Organik Bumdes Kufeu itulah VBL memamerkan sebuah topi hasil kerajinan UMKM binaan Bank NTT Cabang Atambua, yakni di Dualaus. Saat itu VBL membeli topi itu seharga Rp 50.000. Dia langsung mengenakannya hingga Malaka.
Yang membanggakan dari kunjungan VBL ke Malaka adalah, adanya testimoni dari Ni Putu Purwiyantini, Direktur unit budidaya Kelor Bumdes Kufeu, kini kapasitas produksi 901 Kg setiap panenan. “Juga kini terdapat 7 Desa penyangga produksi serta penyerapan tenaga kerja kini mencapai 450 orang. Area pemasaran kita kini sudah pasarkan di TTU, Malaka, Kabupaten Kupang, Pekan Baru, Semarang, Jogjakarta. Juga ada permintaan untuk kita kirimkan ke wilayah jangkauan Kanada, Argentina, Brazil dan Australia. Omset saat ini mencapai 58 juta,” jelasnya.

Foto: stenly boymau
Dirut Alex: Gelar Lagi Tahun Ini
Pada tahun ini, Bank NTT kembali menggelar Festival Desa Binaan. Menariknya, di tahun 2022 kompetisi ini bakal sengit karena setiap kabupaten harus mengirim lima desa terbaik sebagai nominator yang mewakili kabupaten itu. Sehingga jumlahnya menjadi 110 desa yang akan dinilai oleh tim juri. Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan tersebut, maka divisi yang bertanggungjawab sementara melakukan persiapan-persiapan. Apalagi, tahun ini akan dipadukan dengan festival Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap desa.
Kehadiran Festival Desa Binaan Bank NTT ini sebagai wujud mengimplementasikan misi yaitu sebagai “Pelopor Penggerak Ekonomi Rakyat” dan “Menggali Sumber Potensi Daerah untuk diusahakan secara Produktif bagi kesejahteraan Masyarakat NTT”. Tak hanya itu melainkan ide brilian yang dibesut di era Harry Alexander Riwu Kaho sebagai Direktur Utama ini adalah upaya mendukung Pemerintah Daerah Provinsi NTT dalam mengentaskan kemiskinan di NTT dengan mendesain pembinaan di masyarakat desa berupa peningkatan literasi keuangan, pelatihan dan pendampingan masyarakat desa yang ada di NTT.
Tiga desa yang dinobatkan sebagai yang terbaik di tahun 2021 yakni Desa Ajaobaki di TTS sebagai juara satu, Desa Hadakewa di Lembata sebagai juara dua dan Desa Detusoko Barat sebagai juara tiga. Menyisihkan puluhan desa lainnya. Kini, ketiga desa ini sementara berselancar di dunia maya, karena aneka produknya sudah dikenal di level nasional. Contohnya Desa Ajaobaki terkenal karena aneka penganan berbahan khas lokal, yakni hasil pertanian masyarakat setempat, mereka pun miliki aneka minuman lokal hasil fermentasi. Hadakewa pun sama. Pantai yang dulu jorok disulap jadi spot wisata mahal dengan omset puluhan juta per bulan. Ada resto dan aneka fasilitas hiburan disana. Belum lagi Detusoko, yang memiliki website sendiri, mengajak siapa saja datang dan menikmati panorama wisata disana, bersama petani menanam padi, maupun melakukan panen bersama. Dan peminatnya tak sedikit. Jangan ditanya mengenai omset ketiga desa ini.
“Festival Desa Binaan ini untuk menuntun kehidupan masyarakat desa ke arah yang lebih sejahtera, meningkatkan perekonomian masyarakat perdesaan, mewujudkan kemandirian masyarakat desa. Kita juga memediasi kebutuhan pencari informasi baik potensi alam desa seperti pertanian, peternakan, perikanan maupun potensi wisata yang adalah potensi unggulan mereka,”ujar Dirut Alex di sebuah kesempatan.
Keunggulan lain iven ini yakni meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat desa yang Multiply Effect, menciptakan Desa Binaan yang mandiri dan berbasis digital, sentralisasi produk perbankan baik itu produk Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kredit dan juga menjadi pusat informasi potensi unggulan di daerah tersebut.
Masyarakat dilatih dan didampingi hingga berhasil dalam pengolah, packaging maupun hingga pemasaran produk lokal unggulannya. Di sektor pariwisata pun sama. Ada narasi yang dihadirkan untuk menjembatani pesan leluhur ke generasi berikutnya, dan narasi ini tercatat secara digital, dan siapapun yang ke lokasi, tinggal scan pada barcode yang disiapkan lalu dengan mudahnya mengikuti alur ceriteranya. (stenly boymau)