Lewa (MEDIATOR)–Simon Petrus Kamlasi, calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), mengunjungi kawasan Jalur Gaza, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur, Jumat (1/11/2024).
Aiapa sangka, kunjungan ini bukan sekadar agenda politik; ia menjadi simbol harapan bagi masyarakat yang selama ini berjuang menghadapi krisis air bersih. Dengan keterbatasan akses informasi, banyak warga hanya bisa mengikuti perkembangan Kamlasi melalui media sosial.
Namun, kesempatan untuk bertemu langsung membangkitkan optimisme baru di tengah tantangan yang mereka hadapi.
Salah satu warga, Meriance Anggraeni Djo, seorang ibu rumah tangga, mengungkapkan rasa syukurnya.
“Kami sangat berterima kasih atas kunjungan Bapak Simon. Kami mengenalnya sebagai ‘Jenderal Air’, dan harapan kami sangat besar agar beliau dapat mengatasi kesulitan kami di sini,” ujarnya dengan mata berbinar.
Dalam perbincangan hangat tersebut, Meriance menceritakan bagaimana keluarga dan tetangga-tetangganya berjuang untuk mendapatkan air bersih. “Setiap hari kami harus berjalan jauh hanya untuk mendapatkan air,”tambahnya, menggambarkan tantangan yang dihadapi masyarakat.
Krisis air menjadi tema sentral dalam pertemuan tersebut. Banyak warga mengeluhkan betapa sulitnya mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Ferianto Wairato, seorang pemuda yang turut hadir, menegaskan harapannya. “Kami tidak menyangka bisa bertemu dengan orang yang kami harapkan untuk membantu kampung kami, khususnya terkait masalah air,” ujarnya.
Ferianto juga mengungkapkan semangat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan daerah mereka, meskipun air menjadi kendala utama dalam pertanian.
Dalam kesempatan ini, Kamlasi mendengarkan dengan seksama setiap keluhan warga. Ia menawarkan tantangan kepada masyarakat, yaitu mengelola lahan seluas empat hektare sebagai langkah awal dalam meningkatkan akses air dan produktivitas pertanian.
“Kami siap kerja, asalkan air tersedia,”tegas Ferianto, menggambarkan komitmen masyarakat untuk berkontribusi dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Kunjungan ini menjadi lebih berarti dengan harapan bahwa Bapak Simon, yang telah dikenal luas karena kepeduliannya terhadap isu air, dapat membawa solusi yang konkret.
Selama ini, masyarakat Jalur Gaza merasa terpinggirkan dan tidak didengar. Namun, kehadiran Kamlasi memberi mereka suara dan keyakinan bahwa perubahan mungkin terjadi.
Dalam suasana yang akrab, Kamlasi berinteraksi dengan warga, mendengarkan cerita mereka, dan memberikan motivasi. “Kita perlu bekerja sama untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan. Air adalah hak setiap orang, dan kita akan berusaha keras untuk memenuhinya,”ujarnya, disambut dengan tepuk tangan hangat dari warga.
Kegiatan ini tidak hanya mencerminkan komitmen Kamlasi sebagai calon pemimpin, tetapi juga menggambarkan semangat masyarakat yang ingin bertransformasi. Mereka ingin menunjukkan bahwa meskipun terhambat oleh masalah infrastruktur, mereka memiliki tekad untuk membangun masa depan yang lebih baik.
“Kami senang bertani, dan kami memiliki potensi besar di sini. Kami hanya butuh air untuk mengubah semuanya,” ungkap Ferianto dengan penuh semangat.
Dalam setiap interaksi, terlihat jelas bahwa kedatangan Simon Petrus Kamlasi bukan hanya sekedar memenuhi agenda politik, melainkan sebuah momen di mana harapan dan kenyataan bertemu.
Warga Jalur Gaza menyadari bahwa tantangan di depan masih besar, tetapi dengan dukungan pemimpin yang memahami kebutuhan mereka, masa depan yang lebih cerah bukanlah sebuah angan-angan belaka.
Dengan tekad dan komitmen bersama, masyarakat Jalur Gaza dan Simon Petrus Kamlasi siap menghadapi tantangan untuk mewujudkan harapan akan akses air bersih dan kehidupan yang lebih baik. Kunjungan ini menjadi sebuah awal, sebuah simbol bahwa perubahan selalu dimungkinkan, asalkan ada kemauan dan kerja keras dari semua pihak. (Rhy/ist/boy)