MEDIATORSTAR.COM, Waikabubak
Give thanks with a grateful heart
Give thanks to the Holy One
Give thanks because He’s given Jesus Christ, His Son
Give thanks with a grateful heart
Give thanks to the Holy One
Give thanks because He’s given Jesus Christ, His Son
Demikian penggalan syair pujian dan pengagungan terhadap Yesus Kristus sebagai putra Allah Bapa, di pusaran peradaban kampung adat megalitikum Prai Ijing, Senin (14/2/2022) pagi. Siapa sangka, ternyata kidung yang diciptakan oleh Don Moen ini dinyanyikan dengan fasih oleh 20-an anak yang diperkirakan baru berusia lima tahun. Mereka adalah anak-anak di Kampung Adat Prai Ijing Desa Tebarra Kecamatan Kota Wikabubak, Kabupten Sumba Barat.
Ini menjadi moment luar biasa karena sebelumnya, kampung ini dan sekitarnya adalah wilayah yang sering dijuluki zona hitam karena tingginya kasus pencurian serta tindakan kejahatan lainnya. Namun lewat lagu ini, mereka mau mengisyaratkan kepada publik bahwa Prai Ijing yang sekarang bukanlah Prai Ijing yang dulu, yang penuh dengan catatan merah.
Anak-anak ini dengan fasihnya bernyanyi, karena dilatih seminggu sekali oleh Yayasan English Goes to Kampung. Prai Ijing memang menjadi sasaran yayasan ini untuk melatih dan mempersiapkan anak-anak usia dini untuk harus bisa berbahasa asing, karena kampung adat ini, sudah dinobatkan oleh Kementerian Pariwisata RI sebagai desa wisata. Otomatis, menjadi destinasi yang diburu oleh masyarakat internasional.
Tidak hanya itu, melainkan anak-anak disana pun sempurna menarasikan potensi pariwisata yang dimiliki kampung itu dengan Bahasa Inggris. Secara bergantian, lima anak perempuan asal kampung ini menjelaskan kepada Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, para staf khusus, Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho, Bupati Sumba Barat, Yohanis Dade dan para tamu.
Untuk diketahui bahwa kunjungan Gubernur VBL dan rombongan ke Prai Ijing untuk menghadiri serangkaian acara yakni peninjauan Prai Ijing sebagai desa binaan Bank NTT, penyerahan kredit Mikro Merdeka Bank NTT serta penandatanganan MoU antara Bank NTT dengan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat.
Nampak dari atas podium, Gubernur VBL sangat menikmati atraksi anak-anak itu. Beberapa kali dia tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya pertanda suka. Tak hanya moment ini, melainkan ketika Kepala Desa Tebarra, Marthen Ragowino Bira memberi laporanpun nyaris sempurna, dia dipuji VBL sebagai kepala desa yang visioner. Dia menguraikan satu persatu kelebihan Prai Ijing mulai dari penataan kampung adat ini sejak tahun 2018 hingga 2022.
“Kita di kampung Loli Atas ini dikenal sebagai orang yang suka perang suku, malas kerja, curi dan sebagainya. Namun itu cerita masa lalu, sekarang sudah jauh berubah. Sejak 2018 saya jadi kepala desa, kami mendirikan Bumdes, dan kemudian Bumdes ini terus bertumbuh, kami mendapatkan banyak penghargaan baik tingkat lokal maupun nasional oleh beberapa kementerian,”ujar Marthen.
Salah satu penghargaan yang baru diperoleh Prai Ijing adalah dinobatkannya mereka sebagai Desa Favorit dalam Festival Desa Binaan Bank NTT tahun 2021. Tahun ini, oleh Bank NTT Cabang Waikabubak, Prai Ijing akan diikutkan lagi, bersama empat desa lainnya dalam festival yang sama, namun ditambahkan satu item lagi, yakni Fesrtival PAD.
Untuk diketahui festival ini adalah sebuah ide brilian yang dilahirkan dalam masa kepemimpinan Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho. Dan tahun ini, 2022 adalah tahun kedua pelaksanaan festival. Jika di tahun 2021 pesertanya 23 desa, maka tahun ini bertambah menjadi 115 desa. Pasalnya, setiap cabang wajib mengirim lima desa terbaik.
Masih mengenai Prai Ijing, Bumdes Iya Teki atau dalam bahasa setempat memiliki arti ‘Satu Suara’, sudah banyak berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat setempat. Bumdes yang didukung Perdes tentang retribusi, mendatangkan PAD yang tidak sedikit, yakni Rp 170 juta di tahun 2018, lalu pada tahun 2019 mendulang Rp 244 juta, namun turun di tahun 2020 yakni hanya Rp 47 juta karena COVID 19.
Bank NTT masuk melalui festival desa binaan, lalu mendesain pemasarannya secara digital, serta menarasikan ceritera sejarah kampung atau potensi wisata dalam bentuk digital yang gampang diakses melalui smart phone. Pola ini diterapkan di hampir seluruh desa binaan Bank NTT, yakni ketika wisatawan datang kesana, tinggal scan barcode yang tersedia pada Lopo Dia Bisa Bank NTT di lokasi binaan dan mereka gampang mendapatkan informasi mengenai riwayat potensi yang ditonjolkan itu. (MSC01)