Sebuah Feature Mendukung Bank NTT sebagai Pelopor Penggerak Ekonomi Rakyat NTT
SIAPA sangka, ternyata inspirasi hebat itu berasal dari sebuah desa kecil di Kabupaten TTU.
Tuamese adalah nama sebuah desa di Kecamatan Biboki Insana. Tidaklah sulit untuk menjangkau desa itu. Jalannya rata, walau hampir seluruhnya belum diaspal. Tak pelak, debu beterbangan me ngganggu pemandangan, apalagi pejalan kaki dan warga yang bermukim sepanjang jalan.
Masuk ke kampung kecil itu, kita bisa lewat Atapupu-Belu, ataupun Kefamenanu-TTU. Jumat (2/7/2021) petang, rombongan Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho bersama Direktur Kepatuhan Hilarius Minggu dan Direktur Umum Yohanis Landu Praing tiba di Tuamese dari jalur Atambua. Tepat di depan gapura bertuliskan Bukit Wisata Tuamese, rombongan sudah disambut warga.
Enam orang anak SD, tiga laki-laki dan tiga lainnya perempuan, sudah siap di gerbang, berbusana adat Sabu, lengakp. Mereka adalah penari, yang disiapkan menyambut tamu. Irama gong yang ditabuh empat orang dewasa, mengisyaratkan mereka untuk mulai menari, memperagakan atraksi seni warisan leluhur asal Sabu Raijua.
Mereka adalah generasi keempat bahkan mungkin kelima di Tuamese. Ada kisah, Tuamese adalah daratan pertama yang diinjak leluhur mereka saat tiba dari Sabu. Lalu dari sanalah mereka mulai ke Atambua menetap di Kupang.
Petang itu, adalah momen peresmian Lopo DI@ BISA. Lopo adalah sebuah fasilitas yang sengaja disiapkan oleh Bank NTT, untuk memasarkan produk-produk olahan UMKM yang ada di setiap desa. Ada iven yang diluncurkan oleh Bank NTT yakni Festival Desa Binaan Bank NTT, yang pesertanya adalah satu desa tiap kabupaten. Dan, setiap desa wajib memiliki Lopo DI@ BISA.
Kepala Desa Tuamese, Mesak Adu tenyata bukan kepala desa biasa. Dia adalah salah satu dari sekian tokoh lokal yang memiliki visi brilian. Yakni, memproteksi setiap anak di desa itu dengan tabungan wajib. Kepada MediatorStar.com petang itu, Mesak menegaskan bahwa program menabung sejak dini berawal dari keprihatinannya terhadap kondisi masyarakat di sana.
Kondisi perekonomian mereka menyebabkan, pemerintaah desa berpikir keras menghadirkan program yang nantinya membantu pendidikan anak. “Dari pemikiran itulah sehingga kami berinisiatif untuk menghadirkan tabungan pendidikan untuk anak-anak usia kecil hingga dewasa. Lalu kami berkoordinasi dengan Bank NTT disini,”tegas Mesak.
Rupanya kemitraan dalam pembangunan pemberdayaan ekonomi masyarakat di Tuamese, adalah pintu masuk mereka. “Dari situlah kami pun mewajibkan seluruh masyarakat untuk menabung di Bank NTT karena ada unsur kedekatan dengan bank ini, semua demi kepentingan pendidikan anak-anak.”
Mesak tak memungkiri bahwa SDM masyarakat Desa Tuamese masih rendah. Faktor utamanya adalah pemerintah baru menghadirkan sekolah di Tuamese pada tahun 1987 lalu. “Sebelumnya memang tidak ada sekolah disini. Ke kota jaraknya jauh. Rata-rata anak usia sekolah disini tidak bersekolah dan memilih merantau. Akibatnya, kami sangat terbelakang dalam pendidikan,”tegas Mesak.
Semangat memberantas keterbelakangan dalam pendidikan inilah yang membuat Mesak menghadirkan program wajib menabung bagi seluruh anak di Tuamese. Wajib hukumnya, tidak terkecuali. “Syukur karena hingga saat ini, ada 200-an anak sekolah yang sudah memiliki tabungan pendidikan. Rata-rata mereka berusia satu tahun ke atas. Namun kami juga serukan kepada orang tua agar mereka mulai menyiapkan tabungan anak sejak berusia nol bulan,”tambah Mesak lagi.
Lalu berapa besaran tabungan yan ditetapkan? Ternyata jumlahnya tidak terlalu besar. Bisa dicapai oleh warga desa. Yakni hanya Rp 15 ribu per anak setiap bulan.. “Asas manfaatnya untuk membantu meringankan beban orang tua. Yakni ketika mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, maka setidaknya mereka sudah memiliki sedikit simpanan. Kita mewajibkan setiap orang tua untuk menyediakan uang jajan Rp 2000 ke anak, setiap hari dan anak-anak menyisihkan Rp 500 dari uang yang diberi.”
Uang yang dikumpulkan oleh masyarakat, dibawa ke Posyandu dan akan dijemput oleh karyawan Bank NTT Cabang Pembantu Mena, untuk selanjutnya disimpan di rekening tabungan setiap anak. “Ini terus berjalan setiap tanggal 13 bulan berjalan, karyawan Bank NTT Capem Mena yang datang untuk jemput uangnya dan ditabung di rekening tiap anak. Aktivitas Posyandu kami lancar karena disitulah anak-anak diperiksakan kesehatan, ditimbang dan pemberian makanan tambahan. Saat itu uangnya disetor,”tegas Mesak.
Kendala di Awal Program
Siapa sangka, ternyata program ini menuai kendala di awal penerapannya. Sejumlah warga keberatan, karena mereka berpikir, uang tabungannya akan hilang pasca usai masa jabatan Kades Mesak Adu. Kekhawatiran mereka sangat beralasan. Karena program ini didesain oleh sang Kades.
“Saat awal kami ajak menabung, mereka masih bertanya-tanya. Namun kami terus motivasi, beri pencerahan bahwa ini semata untuk mereka. Sehingga mereka pun mulai berubah, lambat laun mengikuti ajakan kami,”tegas Mesak. Hal ini lumrah karena menurutnya, masyarakat sudah tau menabung, namun belum memiliki keberanian untuk memulai. Dan dia hadir untuk memotivasi.
“Orang tua bertanya, setelah kepala desa berhenti dari jabatannya, bagaimana dengan tabungan kami. Saya katakan bahwa kecuali banknya sudah tutup. Namun karena bank ini milik pemerintah sehingga saya katakan kepada mereka, yang namanya bank milik pemerintah, tidak akan tutup dan uangnya selalu aman.”
Usai memberi motivasi, ternyata animo warga untuk menabung sangatlah tinggi. Jumlahnya mulai banyak, dan kini tidak saja anak-anak yang menabung, melainkan masyarakat pun sudah memiliki buku tabungan.
Kegembiraan terus bertambah, saat ini Bank NTT menghadirkan sebuah Lopo DI@ BISA bagi mereka untuk memajang aneka hasil usaha. “Terkait Lopo DI@ BISA, kami sudah rapat dengan kelompok bahwa seluruh hasil produk, dipasarkan di lopo. Sedangkan hasil penjualannya kita sudah buat pemetaan bahwa setiap produk yang terjual, dipotong untuk dana pendidikan sebesar 2 %. Ini khusus untuk dana pendidikan anak. Dan semua setuju, seluruh hasil kerja kelompok dimasukkan ke Lopo Dia Bisa,”pungkasnya.
Ternyata kerja keras Mesak dan warga Tuamese mendapat apresiasi dari berbagai pihak.
Asisten I Setda Kabupaten TTU, Yosep Kuabib, kepada media, menyatakan Pemkab TTU mengapresiasi langkah cerdas yang sudah dilakukan oleh Kades Mesak. Dia berharap agar teladan ini diikuti kepala desa lain. Hal yang sama dipertegas oleh Camat Biboki Anleu, Alexander Tabesi.
“Apa yang sudah dilakukan oleh Kepala Desa Tuamese, yang bekerjasama dengan Bank NTT harus kita apresiasi. Di kecamatan ini, ada dua desa yang sudah mulai mengadopsi program baik ini. Desa Ponu dan Desa Kotafoun segera menyusul, mereka mewajibkan warga dan anak usia sekolah di desa untuk menabung. Tentu ini adalah terobosan baik karena secara sadar, mereka memproteksi masa depan anak dengan jalan menabung di Bank NTT,”tegas Tabesi.
Kabar gembira ini disambut baik oleh Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho. Kepada media, dalam sebuah diskusi di Tuamese, Alex menegaskan masyarakat disana sudah menjadi inspirasi hebat bagi desa lain. “Karena mereka secara sadar, mau untuk memulai langkah pertama. Menabung itu penting karena dengan menabung, kita sudah merencanakan masa depan dengan baik. Apalagi itu dilakukan oleh anak dalam usia dini,”tegas Alex.
Malam itu, sebagai bentuk apresiasi terhadap terobosan cerdas masyarakat Tuamese melestarikan budaya, Bank NTT menyerahkan bantuan senilai Rp 25 juta untuk sanggar tari tempat anak-anak Tuamese dilatih menari, serta dana pendidikan senilai Rp 1 juta untuk setiap penari. Penabuh gong pun mendapat hadiah dalam jumlah yang sama. Direktur Umum, Yohanis Landu Praing secara pribadi menyerahkan dukungan senilai Rp 25 juta kepada masyarakat setempat.
Untuk diketahui, Desa Tuamese terletak dekat perbatasan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Ada dua suku yang menempati wilayah itu sejak lama, yakni suku Sabu dan Rote. Hampir 100 persen warga setempat adalah petani.
Disana tumbuh ribuan pohon lontar, yang oleh masyarakat setempat, menghasilkan sejumlah produk turunan untuk menyambung hidup. Selain itu, mereka pun menghasilkan minyak kayu putih berkualitas tinggi yang laris di masa pandemi COVID 19.
Sejumlah produk unggulan yang dipajang di Lopo DI@ BISA seperti gula semut, gula merah, sopi atau minuman alkohol tradisional, serta aneka produk lain termasuk tenunan.
“Tuamese memiliki banyak potensi, yakni produk turunan dari Lontar. Ini bagus untuk mendukung rencana kita kedepan, untuk menjawab kebutuhan perhotelan dan restaurant seperti gula halus atau gula semut. Bank NTT akan memediasinya, kami akan buat pelatihan cara pengolahan, kemasan agar higienis,”tegas Alex.
Bank NTT menurutnya telah bekerjasama dengan Badan Otorita Pariwisata di Labuan Bajo untuk turut membantu termasuk menyiapkan sertifikasi dari Balai POM dan dari SNI sehingga ketika masuk ke pasar-pasar global maka standar kesehatan dan perlindungan hukum sudah terpenuhi.
Jauh sebelumnya, Bank NTT Cabang Kefamenanu sudah melirik Tuamese sebagai desa wisata dan desa digital. Mereka mendesain Tuamese sedemikian rupa, mengandalkan pemandangan alamnya yang mempesona sebagai sebuah potensi bernilai jual tinggi. Tuamese, adalah nama desanya, dan bukit yang sering menjadi spot foto menarik, adalah bukit anggur. Letaknya persis di bagian Timur desa.
Dari atas ketinggian, kita disuguhi panorama alam yang sangat menakjubkan. Di bagian timur, ada sawah dan juga danau, yang di tengahnya terdapat sebuah bukit. Sepintas, orang melihatnya seperti Pulau Padar di Kabupaten Manggarai Barat. Namun tak sedikit netizen yang menyebutnya sebagai Raja Ampat-nya NTT.
Anda bisa menikmati sunset dan sunrise di bukit anggur Desa Tuamese. Hamparan ribuan pohon lontar serta gunung karang terjal dilapisi mangan, ibarat permadani hitam membentang hingga sejauh mata memandang. Di sisi utara, samar terlihat buih ombak yang tak jauh. Tuamese, selalu ingin kesana dan kesana lagi. (stenly boymau)