Bajawa (MEDIATOR)—PT PLN UIP Nusra, terus menggenjot pembangunan infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Mataloko, yang berlokasi di Kecamatan Golew Kabupaten Ngada. Kepastian ini disampaikan Manager Perijinan dan Komunikasi PT PLN UIP Nusra, Boby Robson Sitorus, ketika melayani jurnalis yang melakukan site visit ke PLTP Mataloko, Jumat (24/10) pagi di kantor PLTP setempat. Hadir saat itu para jurnalis dan juga pejabat-pejabat PLN lainnya. Agenda ini dirasa penting untuk dilaksanakan karena PLN menjunjung tinggi transparansi dalam pemanfaatan energi panas bumi/geothermal Mataloko dan PLN juga berkomitmen serius memenuhi kebutuhan listrik di seluruh Flores.
Dijelaskannya, PLTP Mataloko (Eksisting) awalnya mensuplai kebutuhan sebesar 5 MW (saat ini tidak beroperasi) untuk kebutuhan energi listrik di Ngada sebesar 100% (5MW dari total 4,75MW), beban/kebutuhan listrik yang tercatat di gardu induk Bajawa -4, MW.

“Kondisi saat ini, 98 persen sisa kebutuhan energi listrik Ngada disuplai dari sistem kelistrikan Flores, yaitu terutama dari PLTMG Rangko (20 MW) di Labuan Bajo dan/atau PLTMG Maumere (40 MW),”rincinya menambahkan, saat ini potensi daerah (energi listrik) atau energi hijau dan bersih/energi baru terbarukan (EBT) geothermal yang dimiliki di seluruh daratan Flores tersebar di 21 lokasi, dengan potensi listrik sebesar 999 MW. Sedangkan EBT selain geothermal tergantung pada musim dan cuaca. Sebut saja PLTS (tenaga surya), PLTA (tenaga air) maupun PLTB (tenaga bayu/angin). Sebaran potensi panas bumi bertemperatur tinggi seperti Ulumbu, Mataloko, Sokoria dan Atadei-Lembata. Sumber panas bumi ini berada di kedalaman 1000-3000 meter.
Pemerintah telah menetapkan icon Flores sebagai Geothermal Island melalui Keputusan Menteri ESDM No. 2268K/30/MEM/2017 tanggal 19 Juni 2017,”ujar Boby mengutip pernyataan Ir Ali Ashat Dilp. Geotherm, En, Tech bahwa Flores memiliki sesuatu yang sangat berharga yakni potensi panas bumi. Energi ini bukan hanya lebih murah dibanding diesel tapi juga lebih bermanfaat untuk jangka panjang bahkan dia sangat berharap wilayah ini bisa menggunakan energi yang bersih, yang jelas sumbernya, dan sudah terbukti secara teknologi.
“Kalau bicara pembangkit yang andal dan ramah lingkungan, sebetulnya jawabannya ya geothermal,”demikian Ir Ali seperti dikutip Boby.
Negara lain sudah menggunakan energi geothermal, yakni pada tahun 1913 dan Indonesia baru mulai menggunakannya pada tahun 1920 lalu pada tahun 1983 diresmikan Presiden Suharto.
Dia menjelaskan secara rinci cara kerja geothermal bahwa sudah diatur dalam Undang-undang RI No 21 tahun 2014 tentang Panas Bumi, yang mengatur perbedaan PLTP (Geothermal) dengan tambang. Bahwa panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung dalam air panas, uap air serta batuan dan mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi.
“Jika ada yang mengatakan bahwa geothermal nanti akan ada tambang, itu tidak benar. Itu isu yang sengaja dilempar ke masyarakat. Jadi sering kita dengar di media, katanya geothermal itu tambang. Sekali lagi, itu tidak. Beda tambang dengan wellpad. Yang kita ambil hanyalah uap. Tidak ada material yang keluar,”ujar Boby dengan nada serius.
Lagipula Boby juga menepis isu bahwa air permukaan akan keruh serta ternak warga akan mati, lalu udara akan tercemar. Menurutnya isu terkait air bersih dan sumur tercemar itu salah.

“Karena kita ambil air di kedalaman 1000 meter sedangkan air permukaan warga cuma 60-an meter. Itupun untuk sumur bor, sedangkan sumur gali pun tidak dalam, sehingga otomatis tidak berpengaruh,”ungkapnya, mengacu pada hasil penelitian para tim ahli yang sudah diterjunkan ke lokasi. Diakui bahwa pasti akan ada Hydrogen Sulfida (H2S) serta sejumlah senyawa kimia yang keluar namun dalam volume terbatas.
Sejauh inu sudah 40-an kali PLN lakukan sosialisasi Untuk di masyarakat, baik di Mataloko maupun di Poco Leok untuk menepis isu-isu liar yang dihembuskan sejumlah pihak di masyarakat. Ada ahli dari ITB yang dihadirkan, mereka meneliti adanya kemungkinan lain seperti yang diisukan.
“Namun semuanya terbantahkan. Ada yang sebut, bahwa akan ada serangan hama dan sebagainya. Itu jauh, tiak ada kaitannya sama PLTP,”ujar Boby.
PLN Terus Benahi Infrastruktur
Pada kesempatan yang sama, Andi Wijaya sebagai pengawas pda PLN UIP Nusra yang menetap di Labuan Bajo, menerangkan mengenai progress pengerjaan infrastruktur PLTP Mataloko. Saat ini PLN sudah membebaskan lahan warga, melakukan konstruksi berbagai infrastruktur penunjang yang saat ini progresnya sudah 80 persen.
Setelah tahapan itu akan dilanjutkan ke tahapan empat yakni tahapan pengeboran.
“Sekarang masih proses pengadaan. Progressnya sudah 30 persen. Setelah emat tahapan ini, diharapkan pada tahun 2028 konstruksinya sudah selesai. Dan pada tahun 2031 mulai beroperasi,”runcinya. Di tahapan ini mereka membutuhkan suplay air dari dan mereka sudah mengantongi ijin pada 24 Juli 2025.
Sejauh ini secara keseluruhan, progress konstruksi infrastruktur PLTP Mataloko 2X10 MW sudah mencapai 85,90% dan direncanakan pada akhir tahun 2025 nanti, sejumlah infrastruktur di PLTP Mataloko sudah selesai dibangun. Data yang diperoleh media ini menyebutkan bahwa saat ini pengembangan PLTP Mataloko unit 2 dan 3 masih dalam tahap pengerjaan infrastruktur dan masih belum ada pekerjaan drilling. Adapun kontraktor yang mengerjakannya yakni KSO PT Cipta Bangun Nusantara-PT Tirtamas Berkah Makmur dengan progress pekerjaan sudah 85 %.

Adapun proyek penyiapan infrastruktur PLTP Mataloko meliputi pembangunan wellpad (A, B, C dan D), pembangunan laydown, pembangunan akses jalan, supply water system. Untuk diketahui, WKP Mataloko berada di Desa Ulubelu Kecamatan Golewa, Ngada. Luas areanya kurang lebih 992 hektar, luas lahan PLTP existing kurang lebih 1,8 hektar dan kebutuhan pengembangannya kurang lebih 13,3 hektar. (BOY)






