Salatiga (MEDIATOR)–Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) terus melakukan langkah strategisnya untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya dalam pengentasan kemiskinan. Hal ini tercermin pada kegiatan yang diinisiasi oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) bertajuk “Seminar Launching Akademi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Satya Wacana”, di Balairung Universitas, baru-baru ini.
Seminar yang bertujuan untuk mengoptimalisasikan BUMDes dalam pengentasan kemiskinan dengan membangun desa dari bawah untuk pemerataan ekonomi ini diikuti oleh 265 peserta yang terdiri dari mahasiswa FEB dan pengelola BUMDes di wilayah Kabupaten Semarang yaitu BUMDes Samirono Mandiri dari Desa Samirono, BUMDes Agung lestari dari Desa Jombor, BUMDes Mandiri Sejahtera dari Desa Bergas Kidul, BUMDes Sembada dari Desa Watuagung, BUMDes Bangun Jaya dari Desa Kesongo, BUMDes Maskumambang dari Kemambang, dan BUMDes Padaan dari Desa Padaan.
Dalam sambutannya, Dekan FEB Dr. Yefta Andi Kus Noegroho, SE., MSi., Ak., CMA., CA., menerangkan bahwa seminar dengan topik “Tata Kelola dan Akuntabilitas BUMDes untuk Mendukung Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan” ini merupakan upaya yang dilakukan oleh FEB melalui Pusat Studi Akuntabilitas Publik untuk berpartisipasi memberikan pengetahuan tentang iklim tata kelola yang baik bagi BUMDes.
“Diharapkan melalui kegiatan ini bisa meningkatkan pemahaman BUMDes dan mahasiswa mengenai tata kelola dan akuntabilitas BUMDes untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) terutama dalam menciptakan lapangan kerja dan memperkuat ekonomi desa,” jelasnya.
Berlangsung Selama Tiga Hari
Dr. Yefta Andi Kus Noegroho menegaskan acara ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman BUMDes tentang pentingnya menjalankan usaha desa yang transparan, sehat, rapi, dan bertanggung jawab. Lainnya adalah untuk membantu para pengelola mengidentifikasi berbagai tantangan dan peluang yang ada dalam mengembangkan BUMDes. Di samping itu, ia juga menerangkan bahwa akademi BUMDes yang dikemas dalam bentuk pelatihan bagi pengelola BUMDes ini akan berlangsung selama tiga hari pada Senin hingga Rabu (28-30/04/2025).
Sementara itu, dalam sapaan hangatnya, Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kewirausahaan Profesor Eko Sediyono, berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kompetensi para peserta dalam pengelolaan dan pelaksanaan BUMDes. “Pelatihan ini diharapkan dapat membantu BUMDes untuk memiliki pengelolaan yang sehat guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berada di desa”, tuturnya.
Akademi BUMDes ini mendapatkan apresiasi positif dari Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Desa, Desa Tertinggal, dan Desa Tertentu Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Republik Indonesia (RI) Profesor Abdul Haris. “Saya yakin bahwa program ini tentu akan memberikan kontribusi yang nyata bagi pengembangan dan pengelolaan BUMDes berbagai strategi baik teoritikal maupun praktik-praktik baik yang selama ini yang dilakukan tentu akan memberikan pengayaan bagi para peserta,” kata Profesor Abdul Haris dalam sambutannya secara daring.
Mengakhir sambutannya, Profesor Abdul Haris harap kegiatan ini dapat meningkatkan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat desa sehingga dapat mengurangi dan menurunkan kemiskinan.
Seminar yang digelar sebagai forum berbagi pengetahuan, pengalaman, serta praktik baik dalam pengelolaan BUMDes ini menghadirkan tiga narasumber yang mengupas tuntas tentang pentingnya tata kelola dan akuntabilitas BUMDes. Ketiga pembicara tersebut yakni Ketua Pusat Studi Akuntabilitas Publik FEB Arthik Davianti, S.E., M.Si., Ph.D, Ak., CA., C.S.P., dengan materi Peran Tata Kelola dan Akuntabilitas BUMDes untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dari perspektif akademisi, Pengelola BUMDes Ponggok Kabupaten Klaten Suyantoko, S.Pt., dan Pengelola BUMDes Sumowono Kabupaten Semarang Bambang Wahyu Nugroho, M.Pd., keduanya berbagi kisah sukses membangun BUMDes.
Peran BUMDes dalam Mencapai SDGs
Arthik Davianti memaparkan sejumlah peran BUMDes dalam mencapai SDGs Desa di antaranya SDGs 1 (Desa Tanpa Kemiskinan) yaitu BUMDes bergerak di bidang agribisnis pengolahan hasil pertanian lokal serta program simpan pinjam desa untuk mendukung usaha mikro masyarakat. Pencapain SDGs 6 (Desa Layak Air Bersih dan Sanitasi) yaitu BUMDes menyediakan layanan air bersih dengan pengelolaan sumber air desa dan turut membangun fasilitas sanitasi umum.
“Selain itu, SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi Desa Merata) yakni BUMDes mendirikan pusat pelatihan keterampilan untuk Masyarakat desa serta pengembangan pariwisata desa untuk menciptakan lapangan kerja dan pendapatan desa. Kemudian, SDGs 13 (Desa Tanggap Penanganan Perubahan Iklim) yakni BUMDes mengembangkan program penghijauan desa dan pemanfaatan energi terbarukan,” jelasnya.
Dalam paparannya, Arthik Davianti menekankan pentingnya tata Kelola dan akuntabilitas yang baik bagi pengelolaan BUMDes. “Manfaat tata kelola dan akuntabilitas adalah meningkatkan transparansi, membangun kepercayaan masyarakat serta mendukung pencapaian SDG 16 Desa Damai Berkeadilan dan SDG 17 Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif,” paparnya.
Sementara itu, Suyantoko menjelaskan bahwa pemetaan potensi desa merupakan pilar pembangunan berkelanjutan. “Langkah awal yang perlu dilakukan adalah penyusunan data base masalah meliputi inventarisasi data awal permasalahan, pemilahan data awal ke berbagai aspek dan kategori masalah, serta membuat data base permasalahan yang detail sebagai sistem informasi menyusun perencanaan desa,” jelasnya.
Di samping itu, Wahyu Nugroho berbagi sejumlah tips untuk membangun dan mengelola perkembangan BUMDes. “Bagaimana cara membuat itu? Pertama, kita harus bisa mengidentifikasi masalah dan peluang untuk melahirkan ide kreatif, kemudian cari data untuk mengetahui kebutuhan konsumen, serta mempersiapkan modal. Namun, kunci untuk menerapkan ketiga hal di atas adalah tata kelola yang baik,” katanya.
Mengakhirnya paparnya, Wahyu Nugroho menyampaikan bahwa teknologi digital berperan penting dalam mengelola BUMDes. “Selain itu, dalam proses pengembangannya, kolaborasi dengan berbagai pihak menjadi kunci keberlanjutan BUMDes itu sendiri,” imbuhnya.
Seminar launching akademi BUMDes ini mendapatkan tanggapan positif dari para peserta, salah satunya Pengawas BUMDes Jembrak Lestari dari Desa Jembrak Sriyatun, Ama. “Kegiatan ini sangat bagus karena memberikan pengetahuan kepada mahasiswa serta dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia untuk menjalankan BUMDes,” ungkapnya.
Tak hanya Sriyatun, Monika Ria Saputri mahasiswa FEB juga mengungkapkan rasa senangnya bisa mengikuti kegiatan ini. “Melalui kegiatan ini saya mendapatkan pengetahuan baru tentang BUMDes, bagaimana cara pengembangan dan penerapan tata kelola yang baik serta akuntabilitas yang transparan,” bebernya.
Akademi BUMDes ini merupakan langkah strategis yang dilakukan UKSW untuk mewujudkan SDGs ke-1 tanpa kemiskinan, ke-4 pendidikan berkualitas, ke-8 pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, dan ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan. Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 28 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai “Creative Minority” yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. (RLS/HUMAS/UKSW/BOY)
WR RIK UKSW Profesor Eko Sediyono tengah memberikan sambutan dalam acara “Seminar Launching Akademi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Satya Wacana”, Senin (28-04-2025) di Balairung Universitas.
Foto UKSW