Kupang (MEDIATOR)—Ada yang menarik dalam pelaksanaan kegiatan ‘Duduk Ba Omong: Transformasi Ekonomi NTT yang mandiri, Maju dan Berkelanjutan’, yang diselenggarakan atas kerjasama Bank Indonesia kantor Perwakilan Provinsi NTT, Pemprov NTT dan KADIN NTT, Selasa (11/2/2025) di aula El Tari Kupang.
Dalam forum yang dihadiri Pj Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto, Gubernur NTT terpilih, Emanuel Melkiades Laka Lena, Kepala Perwakilan BI NTT, Agus Sistyo Widjajati dan sejumlah narasumber itu, ketua umum KADIN NTT, Bobby Lianto menyentil keberadaan Peratuan Daerah (Perda) No 1 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Foto: Stenly Boymau
Menurutnya, Perda ini sedikit ‘bermasalah’ bagi dunia investasi di NTT.
“Sesuai Perda RT/RW yang barusan keluar ternyata kawasan industri kita di Timor hanya di Bolok (Kawasan Industri Bolok/KIB) dan sekitarnya artinya diluar dari kawasan itu tidak bisa. Saya pikir ini juga jadi satu masalah. Teman-teman dari APINDO juga sudah mengajak beberapa investor untuk kesini hanya itu tadi, kendala-kendala tersebut menjadi penghambat bagi investasi kita,”tegas Bobby.
Bobby juga menyentil sejumlah kekurangan yang dimiliki oleh KIB, seperti ketiadaan IPAL sehingga ketika investasi itu membutuhkan lokasi IPAL yang ramah lingkungan, tidak memenuhi syarat. Apalagi KIB berlokasi di tepi pantai tentu akan menjadi masalah serius. Begitu pula sumber air yang belum tercukupi dan sejumlah kendala lainnya.
“Kawasan investasi kita pun hanya untuk investasi kecil dan menengah, belum diperuntukkan untuk yang berkapasitas besar,”tambahnya lagi.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Melki Laka Lena yang hadir sebagai leader’s insight memberi semangat kepada para pengusaha dan siapa saja yang akan berinvestasi di NTT agar tenang.
“Saya minta teman-teman pengusaha agar tenang ya. Tidak ada (aturan) yang tidak bisa dirubah. Sepanjang itu untuk kebaikan dan kemajuan, kita bisa rubah,”tegas Melki disambut tepuk tangan mereka yang hadir.
Masih menurutnya, sepanjang aturan itu hadir untuk kepentingan masyarakat banyak, dia akan merubahnya. Apalagi Perda itu bukan kitab suci yang tidak bisa dirubah.
“Saya jamin, asalkan itu untuk kepentingan bersama,”tambah Melki. Dia menyentil kehadiran investasi yang sekaligus memberdayakan potensi lokal. Seperti Hotel Ayana di Labuan Bajo yang menggunakan air minum kemasan asal Ruteng, Kabupaten Manggarai. Kedepan agar hal yang sama diterapkan pada investasi-investasi lainnya.
Kegiatan ini dimoderatori Maria Y Benyamin (Pemred Bisnis Indonesia) dan hadir tiga orang narasumber yakni Saleh Husin (WKU Bidang Perindustrian KADIN), Sugeng Santoso (Staf Ahli Bidang Ekonomi Maritim Kemenko Pangan), Dwina Larasati (Akademisi dan Praktisi Parekraf). Hadir juga sejumlah tamu undangan diantaranya Rektor UKSW Salatiga, Prof Intiyas Utami, para ketua KADIN se-NTT melalui virtual dan pimpinan instansi vertikal.
Ketua Umum KADIN Indonesia, Anindya Bakrie dalam sambutannya memberi apresiasi kepada BI, Pemprov NTT dan juga KADIN NTT yang sudah berkolaborasi menghadirkan forum berkelas untuk mengupas tuntas masalah ekonomi NTT.
Ekonomi NTT Bertumbuh
Kepala Perwakilan BI NTT, Agus Sistyo Widjajati dalam pengantarnya menjelaskan bahwa ekonomi NTT tetap tumbuh walau di tengah keterbatasan. Pemulihan ekonomi Provinsi NTT menurutnya terus bertumbuh 3,73 persen, dan meningkat dibanding tahun sebelumnya 3,47 persen.
“Walaupun konsumsi masih menjadi kontributor utama baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemeirntah. Namun hal ini juga dibarengi dengan peningkatan kinerja sektor-sektor yang berkaitan dengan mobilitas, pariwisata dan aktivitas belanja pemerintah,”tegasnya menambahkan perkembangan ini mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat NTT terjaga dengan baik dan mampu menopang pertumbuhan ekonomi di tengah berbagai keterbatasan yang mempengaruhi kelemahan investasi.
“PDRB tahun 2024 meningkat menjadi Rp 24,30 juta dari Rp 23 juta. Hal ini mendorong optimisme pendapatan masyarakat tercermin dari peningkatan tabungan dan peningkatan konsumsi yang akan mampu menggerakkan roda ekonomi,”jelasnya. (stenly boymau)






