Manajemen Limbah Peternakan di desa Merbaun Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang

Opini312 Dilihat

Oleh: Dominggus Osa *)

MASALAH pengelolaan limbah ternak di NTT belum mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah dan multi pihak terkait pada hal limbah ternak apabila dikelola secara profesional bisa menjadi emas utk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan PAD desa..

Beberapa masalah pengelolaan limbah ternak sapi Bali yang belum mendapat perhatian petani/peternak semisal di Desa Merbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, NTT, antara lain:

1. Kurangnya Kesadaran dan Pengetahuan:

– Dampak Lingkungan: Banyak peternak mungkin belum sepenuhnya menyadari dampak negatif dari pengelolaan limbah ternak yang tidak baik terhadap lingkungan, seperti pencemaran air dan udara, serta bau tidak sedap di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya.

– Potensi Ekonomi: Peternak mungkin belum menyadari potensi ekonomi dari limbah ternak, misalnya sebagai pupuk organik atau bahan baku biogas. Kurangnya pengetahuan tentang teknologi pengolahan limbah yang tepat dan menguntungkan.

Baca Juga  Tiga Hari Jelang Konferensi IAPA 2025, FISIP Undana Siap Sambut Akademisi Lintas Negara

2. Keterbatasan Infrastruktur dan Teknologi:

– Fasilitas Pengolahan: Kurangnya fasilitas pengolahan limbah yang memadai di tingkat desa atau kelompok tani. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan dana dan akses teknologi.

– Teknologi Sederhana: Meskipun teknologi pengolahan limbah sederhana (misalnya, kompos) mungkin tersedia, peternak mungkin belum terlatih atau belum memiliki motivasi untuk memanfaatkannya.

– Akses Informasi: Keterbatasan akses informasi tentang teknologi pengolahan limbah yang tepat dan sesuai kondisi setempat.

3. Aspek Sosial Ekonomi:

– Prioritas Lain: Peternak mungkin memprioritaskan aspek lain dalam usaha peternakan mereka, seperti peningkatan produksi susu atau daging, sehingga pengelolaan limbah menjadi kurang diperhatikan.

– Keterbatasan Sumber Daya: Keterbatasan sumber daya manusia, modal dan waktu dapat menghalangi peternak untuk melakukan pengelolaan limbah secara optimal.

Baca Juga  Kongres IAPA Undana 2025 Kukuhkan Prof. Khairul Muluk, Tekankan Kolegalitas dan Peran Publikasi Riset

– Kebiasaan dan Tradisi: Adanya kebiasaan dan tradisi dalam pengelolaan limbah ternak yang kurang ramah lingkungan.

4. Aspek Regulasi dan Dukungan Pemerintah:

– Peraturan yang Kurang Jelas: Kurangnya peraturan atau regulasi yang jelas dan tegas tentang pengelolaan limbah ternak di tingkat desa.

– Dukungan Teknis dan Keuangan: Kurangnya dukungan teknis dan keuangan dari pemerintah untuk membantu peternak dalam mengelola limbah ternak. Ini termasuk pelatihan, penyediaan alat dan bahan serta insentif.

5. Masalah Spesifik Lokasi:

– Kondisi Geografis: Kondisi geografis Desa Merbau (misalnya, ketersediaan lahan, akses air) dapat mempengaruhi kemudahan atau kesulitan dalam pengelolaan limbah.

– Ketersediaan Sumber Daya Lokal: Ketersediaan sumber daya lokal untuk pengelolaan limbah (misalnya, bahan untuk membuat komposter) juga perlu diperhatikan.

Baca Juga  Budi Johannes, ASN Pemprov NTT Diwisuda Doktor di Undana, Komitmen Melayani Lebih Baik dan Lebih Luas

 

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, diperlukan pendekatan terpadu yang melibatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat, dukungan perguruan tinggi pemerintah berupa pelatihan dan pendampingan, serta penyediaan akses teknologi dan infrastruktur yang tepat dari pemerintah daerah termasuk alokasi dana khusus utk pengolahan limbah ternak. Pelibatan aktif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga penelitian dan organisasi masyarakat, sangat penting untuk keberhasilan pengelolaan limbah ternak termasuk di Desa Merbaun. (***)

*) Dosen Pengasuh MK Manajemen Limbah Peternakan FPKP Undana

Posting Terkait

Jangan Lewatkan