Oleh: Dahlan Iskan
Jumat 02-09-2022,04:00 WIB
TIGA periodenya sudah tidak ada masalah. Tapi kondisi negaranya lagi bermasalah.
Pertumbuhan ekonominya terus menurun. Masa keemasan pertumbuhan itu sudah lewat.
Pandemi Covid tidak kunjung selesai: tiga hari lalu pun kota sebesar Chengdu di-lockdown. Gelembung properti terus memburuk: 59 juta apartemen kosong.
Itu memang tidak sampai membuat urung rencana pengangkatan kembali Xi Jinping. Untuk kali ketiga. Yakni sebagai pucuk pimpinan Partai Komunis Tiongkok. Bulan depan.
Memang penurunan pertumbuhan ekonomi itu punya alasan rasional. Sekaligus empat alasan.
Covid sudah berlangsung tiga tahun. Perang dagang dengan Amerika sudah lebih lama lagi. Gerakan pemberantasan korupsi habis-habisan. Itu ikut menurunkan semangat ekspansi ekonomi.
Terakhir, kebijakan ekonomi Xi Jinping terlihat anti konglomerat rakus. Salah satu contoh paling nyata Anda sudah tahu: Alibaba disunat sampai dekat pangkalnya.
Zaman Xi Jinping adalah era penyesuaian praktik ekonomi dengan ideologi komunis. Selama ini ekonomi Tiongkok dianggap sudah terlalu liberal. Xi Jinping menariknya kembali ke arah kiri. BUMN Tiongkok diminta menjadi lambang penguasaan ekonomi oleh negara.
Maka penurunan pertumbuhan ekonomi tidak bisa dihindarkan. Apalagi ditambah banyak faktor tadi. Tentu harus ada pemikiran baru. Agar ideologi komunis tidak dilanggar, tapi ekonomi tetap maju.
Di periode ketiga nanti kelihatannya Xi Jinping akan mempunyai tim ekonomi yang baru. Anda pasti tidak tahu siapa. Saya juga tidak tahu. Bulan depan pun baru akan diketahui kisi-kisinya: siapa saja yang akan masuk ke jajaran lima besar di politbiro partai komunis.
Salah satu dari lima sekawan itu akan jadi perdana menteri. Menggantikan Li Keqiang.
Satu lainnya akan menggantikan Wakil Perdana Menteri yang terkenal itu: Liu He.
Li Keqiang, dan terutama Liu He, adalah ”kaisar” ekonomi Tiongkok selama 10 tahun terakhir. Istilah ”kaisar” ini bukan baru.
Bukan sejak ada kasus ”Kaisar Sambo”. Istilah ”kaisar ekonomi” sudah lama.
Kali pertama muncul di zaman Zhu Rongji. Ia wali kota Shanghai yang ekonominya gegap gempita. Lalu jadi wakil perdana menteri. Dalam posisi itulah kebijakan ekonomi ada di tangannya. Bahkan sebelum itu. Sejak Zhu Rongji di Bank Sentral Tiongkok.
Lalu siapa wajah baru ke depan?
Cobalah catat nama ini: He Lifeng. Umur 67 tahun. Siapa tahu Lifeng akan masuk ke lima besar di politbiro. Kalau Lifeng ada di sana berarti ia-lah yang akan menggantikan Liu He. Lifeng-lah yang akan menjadi the next kaisar ekonomi di Tiongkok.
Liu He harus diganti bukan saja ekonomi begitu merosot. Tapi umurnya sudah 70 tahun. Ada aturan tidak tertulis: anggota inti politbiro harus belum berumur 68 tahun, saat dipilih.
Pengusaha Tionghoa Indonesia banyak yang sudah mengenal Lifeng. Ia menjadi tim ekonomi Xi Jinping di Xiamen. Tahun 1980-an. Yakni di kala Xi Jinping menjadi wali kota di situ.
Sebagian besar pengusaha Tionghoa Indonesia punya leluhur di sekitar Xiamen. Waktu itu pertumbuhan ekonomi Xiamen di level 20 persen/tahun. Hampir tidak masuk akal. Selama lebih 20 tahun.
Bisa juga dilihat tokoh satu ini: Guo Shuqing. Umur 66 tahun. Kini Shuqing adalah pengendali kebijakan perbankan dan asuransi. Ia juga pernah menjadi gubernur salah satu provinsi termiskin di pedalaman: Guizhou. Provinsi itu berubah total di masa Shuqing.
Xi Jinping lah yang akan menentukan siapa lima orang itu –termasuk yang menentukan dirinya sendiri. Tapi Xi tetap memegang teguh prinsip meritokrasi –menentu kemajuan Tiongkok 40 tahun terakhir.
Ada empat kriteria untuk menjadi anggota politbiro: secara politik teguh, secara profesional ia kompeten, secara integritas sangat tinggi dan bisa dipercaya oleh rakyat.
Boleh dikata nasib Perdana Menteri Li Keqiang kurang husnul khotimah. Di tiga tahun akhir masa jabatannya ekonomi terus merosot. Padahal masa mudanya luar biasa. Ketika menjadi wali kota Dalian, kota itu seperti disulap. Dari kota miskin menjadi kota modern dan cantik. Dalian adalah inspirasi untuk modernisasi kota-kota di seluruh Tiongkok.
Ketika Li Keqiang menjadi gubernur Liaoning, ia mencatat prestasi tertinggi. Jalan tol pertama di Tiongkok, Li Kiqiang yang membangun. Antara Dalian dan Shenyang, ibukota provinsi. Sepanjang 300 km. Sejak itu jalan tol menjadi model yang di-copy dengan kecepatan tinggi. Untuk seluruh negeri.
Secara umur Li Keqiang baru 67 tahun. Masih bisa terpilih. Tapi nasibnya terserah konstitusi –dan terutama terserah Xi. (Dahlan Iskan)