MEDIATORSTAR.COM, Kupang
Aksi demonstrasi yang dilaksanakan oleh sejumlah mahasiswa yang menamakan diri mereka kelompok Cipayung, belum lama ini di Mapolda NTT, mengundang kritik sejumlah pihak. Satu diantaranya dari Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) Provinsi NTT.
Ketua IARMI NTT, Fahmi Abdullahi, kepada media ini, Kamis (9/9/2021) menegaskan, mendukung siapapun untuk menyampaikan pendapatnya dalam bentuk apapun. Namun esensi dari pesan yang mau disampaikan akan tercoreng jika ternyata pembawa pesan itu tidak mentaati nilai-nilai yang diperjuangkannya.
Dia mencontohkan, jika demonstran memprotes seremoni di Semau, Jumat (27/8) saat pemerintah pusat memberlakukan PPKM Level IV ke Kota Kupang maka apakah yang dilakukan oleh para mahasiswa saat berdemo itu sudah benar?
“Faktanya, mereka yang demo itu justru bergerombol, berdesak-desakan, lalu tidak menjaga jarak kesehatan sesuai protokol yang dianjurkan pemerintah,”tegas Fahmi yang juga mantan aktivis saat mengenyam pendidikan di Surabaya itu. Yang kedua, menurut Ketua Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) NTT itu, jika demonstran mempersoalkan soal beberapa tokoh tidak mengenakan masker secara benar saat berkumpul, maka demonstran harus menunjukkan contoh yang baik pula.
“Kita lihat di foto-foto dan video yang beredar, banyak dari adik-adik kita itu yang tidak bermasker secara benar. Lha, mau teriak orang taat prokes, sedangkan kita sendiri tidak taat prokes. Apa yang sedang diperjuangkan? Saya tidak mau berpikir yang lain tentang agenda lain atau apa itu. Saya hanya mau kita bicara soal prokes ini. Apakah sudah taat,”tanya Fahmi lagi.
Karena itu dia menyarankan kepada siapapun yang melaksanakan aksi demonstrasi, untuk lebih cermat lagi memperhatikan nilai-nilai yang diperjuangkan sehingga jangan disalah terjemahkan oleh publik. Karena sangat jelas, yang mereka mengangkangi sendiri apa yang diperjuangkan. “Kita teriak protes orang lain agar taat prokes, sedangkan kita sendiri melanggar prokes. Trus esensi dari materi yang diperjuangkan itu apa.”
Lebih jauh, menurut mantan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) NTT yang sukses dengan terobosannya masuk keluar kampus di NTT menciptakan mahasiswa menjadi pengusaha muda (HIPMI Goes To Campus) itu menegaskan “Saya minta agar dari kasus-kasus seperti ini, polisi agar bertindak profesional dalam bekerja. Disaat warga kota dibatasi aktivitasnya karena sementara diberlakukan PPKM Level IV, justru ada yang menciptakan kerumunan di jalan serta tidak mengenakan masker saat berorasi. Ini jelas-jelas melanggar prokes dan juga melanggar hukum.
Berikutnya, saya meminta dengan tegas kepada Polri dalam hal ini Polda NTT untuk menindak tegas dan memproses secara hukum mereka yang terlibat dalam kegiatan unjuk rasa yang tidak taat itu.”
Sementara itu, masih di kesempatan yang sama, Fahmi yang ditemui wartawan Mediatorstar.Com di Kefamenanu itu menegaskan bahwa dia pun termasuk salah satu pihak yang diundang hadir di Otan, dalam kapasitasnya sebagai offtaker, yang akan menandatangani kerjasama pengambilan produk-produk UMKM lokal.
“Saya lihat acara di Otan itu bagus bagi pertumbuhan ekonomi di NTT. Memang ada pertemuan karena di wilayah itu dibolehkan melakukan pertemuan saat itu. Sesuai keterangan panitia, kegiatan itu pun mengantongi ijin baik itu dari Satgas Kabupaten maupun provinsi,”ujar Fahmi. Dia melihat, ada yang dipelintir dari kegiatan itu seolah-olah telah terjadi pelanggaran prokes berat. Padahal sebenarnya tidak, karena saat acara itu usai, semua tamu pulang karena kapal yang mau balik ke Kupang sedang stand by di dermaga Hansisi sedangkan ada yang masih menikmati sunset sambil ditemani suguhan aneka penganan UMKM buatan kelompok-kelompok tani lokal di Semau.
“Saya mencatat, total transaksi dari kegiatan selama enam jam di ruang terbuka itu, bernilai Rp 109 juta lebih. Bayangkan, uang itu langsung masuk ke kantong para pelaku UMKM, ada mama-mama kita yang menikmatinya. Bagi saya ini bagus,”ujar Fahmi.
Untuk diketahui bahwa seremoni yang digelar di Semau adalah pengukuhan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD), yang menghadirkan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, Wakil Gubernur, Josep Nae Soi dan sejumlah petinggi lembaga jasa keuangan maupun regulator.
Menurut Fahmi, sejak siang, panitia sudah mensterilkan lokasi dan membatasi warga yang tidak memiliki undangan untuk tidak masuk ke tenda utama. Karena memang di tenda, saat itu hanya ada beberapa meja dan tempat duduk. Semua dikhususkan kepada para undangan yakni Gubernur, Wagub, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, Kepala Otoritas Jasa Keuangan, Robert Sianipar, para bupati, para Sekda, serta sejumlah undangan.
“Dan satu meja hanya empat sampai lima orang, itupun berjarak. Di atas meja ada hand sanitizer dan pembawa acara pun selalu mengumumkan kepada undangan untuk patuh protokol kesehatan. Dan bagi kami memang sudah sesuai semangat yang dibangun, yakni mentaati aturan agar membatasi ruang peredaran virus. Acaranya pun di ruang terbuka,”tegas Fahmi.
Sebelum acara puncak menurutnya, ada pemaparan dari sejumlah pejabat seperti GM PT Pelindo III Cabang Kupang, Agus M Nazar. Dalam pemaparannya, Agus menjelaskan, pihaknya segera membenahi Pelabuhan Tenau menjadi pelabuhan yang layak untuk eksport import. Lagipula, pelayanannya pun serba digital, dan ini akan menguntungkkan NTT.
Tak hanya itu, hadir pula GM PT PLN Persero Wilayah NTT mengenai suplay listrik di NTT dan semangat PLN untuk melistriki lahan-lahan pertanian warga. Ini baru bagi NTT, karena di lokasi tertentu, petani akan bekerja di malam hari karena PLN menyiapkan penerangan. Sumber-sumber air pun akan disedot ke permukaan sehingga petani tidak kesulitan air di lahan mereka.
Setelah itu ada lagi pemaparan dari Yayasan Bambu Lestari (YBL) bahwa ada program bambunisasi dan mereka sudah merambah lahan-lahan kosong di Flores, lalu bergerak terus ke daerah lain. Program ini melibatkan kaum perempuan, dengan prospek bisnis yang menjanjikan yakni dua tahun pertama dan tujuh tahun kemudian. Program ini pun didukung oleh bupati-bupati, terutama di daratan Flores.
Usai pemaparan, dilanjutkan dengan seremoni pelantikan TPAKD. Dan ini berlangsung di area pantai, di terik matahari.
Pukul 14.00 Wita, Gubernur VBL sudah masuk ke lokasi, dan perlahan-lahan para undangan pun mengikutinya termasuk Wagub Josep Nae Soi. Tak sedikit tamu undangan yang risih, karena saat itu matahari tepat di atas kepala, dan panasnya menyengat. Panas dari pasir, juga angin pantai yang panas, membuat sejumlah undangan uring-uringan.
Namun Gubernur tetap pada prinsipnya, acara harus dimulai. “Saat itu saya ada di sana. Semua taat prokes kok. Tidak ada pesta-pesta, tidak ada syukuran, karena di undangan yang ditandatangani Pak Sekda NTT, tidak ada agenda syukuran. Juga tidak ada hura-hura, karena setelah acara yaa bubar. Kami yang lain duduk di pantai menikmati sunset, lainnya pulang,”tegas Fahmi. Diakui, saat itu memang ada pelaku iven yang bernyanyi, namun bukan artis nasional. Mereka adalah anak-anak dari Kupang yang selama dua tahun ini terdampak pandemi, tidak ada pemasukan karena memang tidak ada acara pesta dan sebagainya.
“Mereka juga berdasarkan informasi yang saya dapat dari pihak panitia, bahwa semuanya sudah dirapid sebelum ke Semau. Dan semuanya negatif. Silahkan tanya Pak Jack Kalla selaku koordinator. Jadi, yang di atas panggung itu sudah dirapid, bahkan Bank NTT memfasilitasi mereka untuk vaksin sehari sebelum ke Otan,”ungkap Fahmi menambahkan, ada satu penyanyi dari Jakarta, namanya Lily Meko.
“Dia adalah anak dari Kefa, yang kebetulan memang mau hadir untuk promo albumnya. Itu semua anak-anak kita, tidak ada artis nasional dan sebagainya, masa’ anak-anak kita mau dukungan kita untuk promo album, sekedar memperkenalkan lagu-lagunya kita batasi. Dimana kepedulian kita. Dia kesini pun sudah dirapid,”ungkap Fahmi, owner Jabal Mart Atambua, Kefa dan Kupang ini.
Pemilik Biinmafo Residence Kefamenanu dan Haliwen Regency Atambua ini pun menambahkan, jika ada yang membesar-besarkan bahwa ada pesta pora, pelanggaran Prokes, dia justru meminta bersabar sambil menyerahkannya ke aparat karena pihak kepolisian pun sementara mengusutnya. “Saya harap, mari menyimak suatu peristiwa dari berbagai sudut pandang.
Cermati baik-baik barulah berkomentar, bila perlu tanyakan ke mereka yang tahu persis tentang kejadian sebenarnya di Semau baru berbicara sehingga tidak menjadi preseden buruk bagi kita sendiri,”tegas Fahmi menambahkan “Saya mau tanya, siapa yang mau hadiri suatu acara lalu mencelakakan dirinya sendiri. Kan tidak mungkin. Semua yang hadir itu orang-orang waras.”
Tak hentinya dia meminta publik untuk selalu mencermati sebuah peristiwa dari sudut pandang positif karena itu merupakan cerminan kedewasaan dalam berpikir dan berpendapat. “Itu wajar di era sekarang. Hanya saya memang harus berbicara untuk meluruskannya. Lagipula, acara disana baik, untuk mempercepat literasi keuangan dan menyukseskan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang didengungkan terus menerus oleh Presiden RI,
Joko Widodo, agar masyarakat mapan secara ekonomi di masa sukar sulit pandemi COVID 19 ini.
“Karena sudah ditangani berwajib, saya sarankan kita semua tenang, bersabar sambil memperbanyak pikiran positif dalam menyikapi sebuah peristiwa. Saya tidak membela siapa-siapa lagipula saya hanya undangan saja. Namun fakta ini perlu diluruskan. Saya percaya, publik NTT adalah orang-orang yang pintar, cerdas dalam menyimak setiap informasi dan tidak mau disesatkan oleh kampanye bernuansa negatif yang justeru menyesatkan,”pungkasnya. (**/MSC-03/MSC-01)
Fahmi Abdullah bersama Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia saat berkunjung ke Kupang, dua bulan lalu.
Foto: FB Fahmi Abdullah