Dewa Budjana, Legenda Gitar Indonesia Kelahiran Anakalang

Music165 Dilihat

Jakarta (MEDIATOR)—Siapa tidak kenal dengan sosok yang satu ini? Dewa Budjana, gitaris handal grup musik GIGI yang digawangi Armand Maulana. Dalam sebuah konser di lapangan utama Tambolaka, 21 Desember 2022 lalu, saat sepanggung dengan Marion Jola, Dewa Budjana bernostalgia. Dia menyebut, dia lahir di sebuah Puskesmas di Tambolaka, ibukota Kabupaten Sumba Tengah. Dia lahir di sana ketika kedua orangtuanya bertugas sebagai abdi negara di Anakalang.

Ternyata ada 15 keunikan dari Dewa Budjana yang tidak dimiliki gitaris lain:

  1. Awal Mula Minat pada Gitar: Dewa Budjana awalnya tertarik pada gitar setelah melihat poster di kamar kakaknya. Namun, minatnya makin berkembang ketika dia belajar dari seorang tukang bangunan bernama John yang tinggal di dekat rumahnya di Klungkung, Bali. Dari John, Budjana mempelajari kunci-kunci dasar dan belajar memainkan lagu pertamanya, “Lalo Midang” dari Lombok.
  2. Keinginan Kuat Memiliki Gitar: Saat kecil, Budjana pernah mencuri uang dari neneknya untuk membeli gitar pertamanya seharga Rp. 10.000. Keinginannya yang besar untuk memiliki gitar menunjukkan determinasi dan cinta mendalamnya pada musik, bahkan sejak usia dini.
  3. Pendidikan Musik Awal di Surabaya:

Setelah pindah ke Surabaya, Budjana mengambil kursus musik klasik dan mulai aktif bermain dalam berbagai pertunjukan musik. Pengalaman ini membentuk dasar pendidikan musiknya sebelum akhirnya memutuskan untuk hijrah ke Jakarta untuk mengejar karier profesional sebagai musisi.

  1. Transisi Gaya Musik: Pada awalnya, Dewa Budjana bermain musik rock dan pop di Surabaya, tetapi seiring waktu ia mulai tertarik pada jazz. Pengaruh dari musisi-musisi besar seperti John McLaughlin, Chick Corea, dan Pat Metheny membuatnya mengubah gaya musiknya secara perlahan-lahan menuju jazz. Hal ini mencerminkan fleksibilitasnya dalam mengeksplorasi berbagai genre musik.
  2. Prestasi dalam Lomba Musik: Pada tahun 1984, Budjana dan bandnya, Squirrel, berhasil memenangkan kompetisi Light Music Contest di Jakarta. Di tengah persaingan yang sengit, Budjana terpilih sebagai pemain gitar terbaik. Prestasi ini menandai awal karier musiknya yang menonjol dan memberikan dorongan besar untuk melangkah lebih jauh di dunia musik.
  3. Perjalanan ke Jakarta dan Bertemu Jack Lesmana: Pada tahun 1985, Budjana memutuskan untuk pindah ke Jakarta untuk mengembangkan karier musiknya lebih lanjut. Langkah ini membawanya bertemu dengan Jack Lesmana, seorang legenda jazz Indonesia, yang menjadi mentornya dan membantunya mengenalkan dunia musik jazz profesional. Pengalaman ini tidak hanya memperluas jaringan kontaknya tetapi juga meningkatkan pemahaman filosofi dalam bermusik, terutama dalam konteks jazz.
  4. Awal Karir Sebagai Session Player: Meskipun Jack Lesmana memberikan banyak peluang kepada Budjana, adalah Indra Lesmana yang pertama kali membujuknya untuk menjadi seorang session player. Hal ini menunjukkan peran penting Indra Lesmana dalam memperkenalkan Budjana ke dunia rekaman musik dan memulai karier sebagai musisi studio yang sangat dicari.
  5. Aktivitas Musik di Jakarta: Setelah menetap di Jakarta, Budjana cepat beradaptasi dengan lingkungan musik lokal. Ia aktif bermain di berbagai kafe dan menjadi bagian dari jam session bersama musisi-musisi lainnya. Aktivitas ini membantunya memperluas jaringan dan meningkatkan keterampilan bermusiknya secara signifikan.
  6. Karier Sebagai Session Musician: Budjana menjadi salah satu session musician yang sangat dicari di era 1990-an. Ia terlibat dalam rekaman album-artis terkenal seperti Indra Lesmana, Chrisye, Nike Ardila, dan banyak lainnya. Keahliannya dalam berbagai genre musik membuatnya menjadi pilihan utama produser untuk berkontribusi dalam proyek musik mereka.
  7. Perjalanan dengan Spirit Band: Budjana bergabung dengan Spirit band dan merilis dua album bersama mereka, yang menunjukkan keterlibatannya dalam musik kolaboratif yang lebih berorientasi grup. Pengalaman ini memberinya kesempatan untuk terus berkembang sebagai pemain musik dengan gaya yang semakin matang.
  8. Java Jazz dan Kolaborasi Internasional: Bergabung dengan Java Jazz bersama Indra Lesmana, Budjana terlibat dalam pembuatan album “Moon in Asia” yang menggabungkan jazz progresif dengan sentuhan musik New Age. Keterlibatannya dalam berbagai festival jazz internasional seperti North Sea Jazz Festival dan World Jazz Convention menunjukkan pengakuan atas bakatnya yang luar biasa dalam dunia musik jazz.
  9. Pembentukan Gigi: Dewa Budjana adalah salah satu pendiri band Gigi pada tahun 1994, yang awalnya terkenal dengan formasi dua gitaris. Band ini berhasil mencetak kesuksesan besar di industri musik Indonesia, meskipun mengalami perubahan personel beberapa kali.
  10. Karier Solo Jazz: Meskipun aktif dengan Gigi, Budjana juga menjalani karier solo dalam musik jazz. Sejak album solo jazz pertamanya di tahun 2006, ia telah merilis 4 album solo yang berfokus pada eksplorasi musik jazz dengan sentuhan personalnya yang unik.
  11. Album “Home”: Album “Home” merupakan salah satu karya Budjana yang menghormati korban bencana tsunami tahun 2004. Ini menunjukkan sisi sosialnya yang peka dan kepeduliannya melalui musik.
  12. Kepemilikannya terhadap Gitar: Bagi Budjana, gitar bukan hanya alat musik, tetapi juga bagian dari dirinya. Ia memiliki koneksi emosional yang kuat dengan gitar-gitar kesayangannya, termasuk gitar Parker Fly yang dinamai Saraswati, yang sering ia gunakan dalam penampilan dan konser-konsernya. (berbagai sumber/stenly boymau)
Baca Juga  Tanggap Cepat KADIN Peduli Lewotobi

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *