Menelusuri Masa Lampau, Mahasiswa UKSW Belajar Sejarah Lewat Diorama

Lainnya99 Dilihat

Salatiga (MEDIATOR)–Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) mengadakan kunjungan akademik ke Diorama Arsip Jogja sebagai bagian dari praktik mata kuliah Jelajah Sejarah Museum, belum lama ini. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkaya wawasan mahasiswa terkait representasi sejarah dalam ruang museum serta meningkatkan pemahaman mereka terhadap tata kelola dan interpretasi sejarah di ruang publik.

Dr. Wahyu Purwiyastuti, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah UKSW sekaligus pengampu mata kuliah, menjelaskan bahwa Jelajah Sejarah Museum merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa tahun pertama. Mata kuliah ini dirancang untuk membekali calon pendidik sejarah dengan pemahaman mendalam mengenai konstruksi narasi historis, peran agensi dalam penyajian sejarah, serta aspek kuratorial dalam pengelolaan museum. Mata kuliah ini juga diajar oleh Galuh Ambar Sasi, M.A., dan Listyanto Aji Nugroho, M.Pd.

Baca Juga  Bisikan Setan dalam Musik Metal

“Seorang calon guru sejarah tidak hanya dituntut menguasai teori, tetapi juga harus memiliki kepekaan dan sikap kritis dalam memahami proses penciptaan narasi sejarah, peran aktor dalam sejarah, serta bagaimana sejarah direpresentasikan dalam ruang museum,” ujar Dr. Wahyu.

Dr. Wahyu menegaskan bahwa kunjungan ke museum merupakan bagian dari serangkaian kelas lapangan yang rutin diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Sejarah UKSW.

“Setiap semester, mahasiswa mengikuti kelas lapangan yang diselenggarakan baik secara mandiri maupun dalam tim, disesuaikan dengan kepakaran dosen pengampu. Hal ini menjadi bagian dari upaya kami dalam memberikan pengalaman belajar yang lebih kontekstual bagi calon pendidik sejarah,” pungkasnya.

Menghidupkan Sejarah Museum

Baca Juga  Serena Francis Genap Berusia 25 Tahun, Syukuran Bersama Anak Panti

Salah satu peserta, Enjelina Dwi Putri Lodo, mahasiswa asal Kupang, mengungkapkan kesannya terhadap kunjungan ini. Ia menilai pengalaman berkunjung ke Diorama Arsip Jogja sangat berkesan dibandingkan dengan museum-museum lain yang pernah ia kunjungi.

“Kebanyakan museum hanya menyajikan narasi sejarah secara tertulis atau berupa foto tanpa penjelasan yang memadai. Namun, diorama arsip ini memberikan pengalaman yang berbeda karena visualisasinya yang kuat memungkinkan saya membayangkan bagaimana masyarakat di masa lampau berinteraksi,” ungkap Enjelina.

Sementara itu, Dian Aprilia Prihatanti, mahasiswa asal Blora, menyoroti pentingnya akses terhadap museum, terutama bagi mereka yang berasal dari daerah dengan keterbatasan fasilitas publik.

“Melalui mata kuliah ini, saya dan teman-teman mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi museum dan belajar langsung dari koleksi yang dipamerkan. Ini pengalaman berharga, terutama bagi saya yang baru dua kali berkunjung ke museum,” ujar Dian. Ia juga menambahkan bahwa kunjungan ke Diorama Arsip Jogja memperkaya pemahamannya mengenai periodisasi sejarah serta pemanfaatan teknologi augmented virtual reality dalam penyajian koleksi museum.

Baca Juga  Testimoni Haru di Momentum Wisuda Periode III UKSW, Rektor Intiyas: Terima Kasih atas Kepercayaannya

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 63 program studi di jenjang D3 hingga S3. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai “Creative Minority” yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. Melalui kegiatan ini, UKSW mengukuhkan komitmennya dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4 pendidikan berkualitas. (RLS/HUMAS- UKSW/BOY)

Posting Terkait

Jangan Lewatkan