Salatiga (MEDIATOR)–Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) melalui Direktorat Kerja Sama (Diker) kembali menggelar kegiatan internasional bersama Hult Prize, Selasa (27/02/2024) malam di Merapi Ballroom Laras Asri. Kegiatan Hult Prize at UKSW 2024 bertajuk “Unlimited” ini memasuki tahap Awarding Night.
Campus Director Hult Prize at UKSW 2024 Natania Desyderia mengungkapkan bahwa kegiatan Hult Prize merupakan kompetisi ide-ide bisnis berbasis internasional yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Adapun rangkaian Hult Prize at UKSW 2024 berawal dari training, kemudian mentoring, trial pitch hingga final pitch untuk dinilai oleh para juri yang ahli di bidangnya masing-masing.
Lebih lanjut disampaikannya, setelah mengikuti rangkaian seleksi terdapat lima tim yang terdiri dari 19 mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di UKSW. Kelima tim tersebut adalah Bravethon, Transcend, Second Nature, Horizon Voyage, dan StarterKit.
“Acara awarding night ini untuk mengumumkan pemenang dari Hult Prize OnCampus Program di UKSW. Harapannya first winner bisa lolos pada tahap Regional Summit Hult Prize di Bangkok Thailand tahun ini,” ungkap Natania yang juga mahasiswa dari Fakultas Teknologi Informasi (FTI) ini.
The winner
Berhasil keluar sebagai first winner adalah tim Bravethon yang beranggotakan Bramadi Theodorus, Nathania Calista, dan Benita Elma, ketiganya merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB). Kelompok ini menciptakan bioplastik yang terbuat dari sampah bonggol jagung. Ide bisnis ini bertujuan untuk mengurangi plastic waste, sampah bonggol jagung, dan dapat membantu meningkatkan pendapatan petani jagung.
“Ide ini berawal dari tumpukan bonggol jagung yang menjadi salah satu sampah. Beranjak dari permasalahan tersebut kami berkomitmen untuk mengolah bonggol jagung menjadi produk bioplastik,” ungkap Bramadi.
Senada dengan Bramadi, Nathania yang juga merupakan anggota tim Bravethon mengungkapkan produk ini diberi nama “Re-cornstic+” dan sudah memiliki prototype bioplastik.
Kemudian, untuk 1st Runner Up diraih oleh tim Horizon Voyage yang beranggotakan Jessica Joy Soemirat, Fendy Octaviano, keduanya dari FEB dan Tesalonika Olivia Christina dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM).
Sedangkan, 2nd Runner Up diraih oleh tim Transcend beranggotakan Natasya Kinanthi, Gracia Senkwen, Gabriel Angela, Stefanie Yovita, dan Riki Grahambel, kelimanya merupakan mahasiswa dari Fakultas Psikologi.
Wadah ide bisnis
Dalam kesempatan ini, Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kewirausahaan (WR RIK) Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono, M.Kom., memberi ucapkan selamat kepada para pemenang. Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono menuturkan bahwa kegiatan Hult Prize merupakan wadah untuk mencari bibit-bibit pebisnis dengan sudut pandang yang baru dan global.
“Saya ucapkan selamat kepada para pemenang, tentu kemenangan yang diraih di Hult Prize ini menjadi pemicu untuk terus berkembang,” ungkapnya.
Sementara itu, Ryan Tuelah Bundt, S.SI., Tenaga Kependidikan Diker menerangkan bahwa program Hult Prize at UKSW sudah ada sejak tahun 2020. Ryan Tuelah menyampaikan kegiatan ini bertujuan untuk mencari ide baru dalam pendirian startup yang mendukung SDGs.
Lebih lanjut disampaikannya, empat tahapan program Hult Prize yakni OnCampus Program, Regional Summits, Global Accelerator, dan Global Finals. “Gelaran program ini juga sejalan dengan visi UKSW untuk menjadi entrepreneurship research university yang menciptakan wirausaha-wirausaha baru,” tuturnya.
Tips bagi pebisnis pemula
Pada awarding night kali ini, dihadirkan sebagai pembicara tunggal Jessi Febria Chief Technology Officer (CTO) dan Co-Founder PetaNetra, sebuah aplikasi peta bagi penyandang tunanetra. Jessi memaparkan beberapa tips bagi seseorang yang pertama kali mencetuskan ide bisnis.
“Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan untuk memulai sebuah bisnis. Pertama kita harus memiliki pondasi yang kuat, kemudian kedua harus memiliki produk yang kuat,” jelasnya.
Jessi menekankan bahwa seorang pebisnis pemula perlu memahami metode bisnis yang dapat mengurangi pemborosan perusahaan. Metode tersebut adalah memiliki ide untuk dieksekusi yakni dengan menerjemahkan masalah menjadi sebuah solusi.
“Beberapa hal lainnya adalah melakukan building product, menilai produk yang akan dipasarkan, mengumpulkan data, dan belajar dari data tersebut,” papar Jessi yang juga Alumni FTI tahun 2022.
Mengakhiri paparannya, Jessi menyampaikan tiga kunci dalam membangun sebuah bisnis. Pertama, membuat tim yang berkomitmen, kedua melakukan bootstrapping atau pendanaan eksternal, dan ketiga harus feasible, usable, serta menghasilkan produk yang bernilai. (RLS/HUMAS-UKSW/KJR)