Salatiga (MEDIATOR)-Salatiga kembali menjadi rumah bagi ragam budaya dunia. Sebanyak 14 mahasiswa dari enam negara, India, Myanmar, Gambia, Korea Selatan, Madagaskar, dan Timor Leste resmi disambut Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dalam acara Satya Wacana International Scholarship (SWIS) 2025 Awardee Welcome Reception, belum lama ini di Rumah Noto. Kehadiran mereka menandai babak baru perjalanan internasionalisasi kampus yang terus menguat dari tahun ke tahun.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Kealumnian, Profesor Yafet Yosafat Wilben Rissy, menekankan bahwa pilihan untuk menempuh studi di UKSW bukanlah keputusan yang ringan. “Meninggalkan keluarga dan tanah air untuk menimba ilmu di negeri jauh adalah keberanian besar. Karena itu, kami sangat menghargai keputusan kalian memilih UKSW. Kampus ini adalah ruang perjumpaan lintas budaya dan agama. Di sini, keberagaman adalah kekuatan,” ujarnya.

Foto: UKSW
Lebih jauh, Profesor Yafet Yosafat Wilben Rissy menegaskan bahwa SWIS bukan hanya sekadar beasiswa, melainkan investasi jangka panjang yang akan membuka jalan menuju masa depan. “Melalui program ini, pintu karier akademik maupun profesional akan semakin terbuka lebar. Kami juga mengundang kalian semua untuk memberi masukan agar program ini semakin baik. Jangan hanya membangun persahabatan dengan rekan sebangsa, tetapi juga dengan mahasiswa dari negara lain, sebab itulah kekuatan sejati pendidikan global,” tambahnya.
Acara penyambutan ini turut dihadiri pimpinan fakultas dan program studi, di antaranya Drs. Agastya Rama Listya, MSM., Ph.D., Dr. Rachel Mediana Untung, M.A., Neny Isharyanti, Ph.D., Yesaya Sandang, S.H., M.Hum., Ph.D., Dr. Aldi Herindra Lasso, S.Pd., M.M.Par., Ph.D., Yessica Nataliani, S.Si., M.Kom., Ph.D., serta Dr. Ronny Prabowo, S.E., M.Com., Akt., Ph.D. Kehadiran mereka memperlihatkan dukungan akademis lintas fakultas dalam mendampingi mahasiswa internasional menapaki jenjang pendidikan di UKSW.
Lingkungan Akademik Mendukung
Para penerima SWIS pun menyampaikan kesan pertama mereka. Andre Carlos de Paulo Pereira Alves dari Timor Leste, mahasiswa Program Studi (Prodi) Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), mengungkapkan kegembiraannya. “Saya ingin meningkatkan kapasitas sebagai akuntan profesional melalui UKSW. Kampus ini besar, hijau, dan nyaman sangat ideal untuk belajar,” tuturnya.
Sementara itu, Mobushirah dari India, mahasiswa Prodi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK), turut berbagi rasa syukurnya. “Saya merasa sangat senang bisa kuliah di UKSW. Indonesia memiliki budaya yang kaya, masyarakat yang ramah, dan makanan yang unik. Lingkungan akademik UKSW sangat mendukung perkembangan saya, itulah alasan saya memilih kampus ini,” katanya penuh antusiasme.
Program SWIS sendiri memasuki tahun kedua pelaksanaannya. Jika tahun lalu hanya menghadirkan 4 mahasiswa, kini jumlah penerima melonjak signifikan. Ini menunjukkan bahwa UKSW kian dipercaya sebagai ruang belajar global yang bukan saja mengedepankan keunggulan akademik, tetapi juga menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keberagaman.
Sejalan dengan itu, langkah besar UKSW ini turut merefleksikan Asta Cita 2 yaitu Internasionalisasi dan Interkulturalitas, yang menegaskan visi kampus sebagai rumah bersama bagi bangsa-bangsa. Lebih jauh, program ini juga berkontribusi pada Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 4 pendidikan berkualitas dan SDGs nomor 17 kemitraan untuk mencapai tujuan, menjadikan UKSW bukan hanya menyalakan pelita ilmu, melainkan juga meneguhkan peran nyata dalam kancah global.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 65 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 34 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai “Creative Minority” yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat.(RLS/UKSW/BOY)