Opini

MEMBACA GESTUR PRABOWO YANG ‘MENOLAK’ DIKAMPANYEKAN DI MASJID ISTIQLAL

62
×

MEMBACA GESTUR PRABOWO YANG ‘MENOLAK’ DIKAMPANYEKAN DI MASJID ISTIQLAL

Sebarkan artikel ini
Prabowo Subianto

Oleh : Bung Rogger Evantino *)

Kamis, 18 Mei 2022 pelataran parkir Masjid Istiqlal dipadati oleh para remaja masjid yang bersiap menyambut kehadiran salah satu tamu undangannya yakni Manteri Pertahanan Prabowo Subianto. Suasana cukup ramai karena hari itu adalah acara Halal Bihalal Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI).

Saya kebetulan baru saja selasai mengikuti perayaan misa ekaristi memperingati hari Kenaikan Isa Almasih di Gereja Katedral Jakarta yang persis berada di seberang Masjid Istiqlal.

Konon katanya pembangunan Masjid ini sengaja dilakukan di depan gereja Katedral yang semula di rencanakan di Hotel Indonesia (Bundaran HI saat ini), namun Bung Karno menginginkan Masjid Istiqlal yang dalam bahasa Indonesia berarti MERDEKA itu harus berada di depan Gereja Katedral, agar menjadi lokomotif dan gambaran kerukunan dan toleransi antar umat beragama. Sampai kini pun di bawah kedua bangunan ini ada sebuah terowongan yang menghubungkannya yang dibangun oleh Kementerian PUPR.

Kedatangan Menhan Prabowo itu disambut oleh Ketua Umum DPP BKPRMI, Said Aldi Al-Idrus diiringi lantunan salawat dan marawis. Prabowo hadir dengan tampilan baju koko warna putih dan peci hitam khas pria Indonesia. Sempat menyapa para awak media, Prabowo kemudian memasuki Masjid Istiqlal dan acara tersebut pun dimulai. Suasana diluar Masjid begitu ramai. Saya pun berbaur dengan saudara/I kaum muda remaja masjid disana yang hilir mudik.

Sayup terdengar ada pantun khusus untuk Prabowo. “Dari hulu menuju hilir. Arah menuju Tebing Klaten, karena Pak Menhan sudah berkenan hadir. Kami seluruh umat mendengungkan semoga 2024 jadi presiden”. Seketika tepuk tangan dan riuh sorak terdengar sampai diluar tempat acara. Saya bergumam, Tepat nih moment, mantap betul. Ternyata saya salah.

Tak sampai selasai acara tersebut, saya memilih untuk lebih dahulu meninggalkan Masjid Istiqlal karena ditunggu agenda selanjutnya di Mabes Angkatan Darat yang kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh. Malam harinya saya mengikuti siaran ulang acara Halal Bihalal BKPRMI tersebut via Youtube.

Terkonfirmasi bahwa pantun yang disebutkan itu memang ditujukan kepada Prabowo dan sempat menyebut kata “Semoga Jadi Presiden 2024”. Namun ketika menonton video tersebut terlihat gestur Prabowo yang menolak dikampanyekan di lingkungan masjid.

Saya mengulang beberapa kali moment tersebut karena menurut saya jarang seorang calon presiden melakukan itu. Bukankah itu sebuah keuntungan untuk terus meningkatkan elektabilitas. Mengapa Bapak bersikap demikian…?? Pertanyaan ini kemudian menggiring saya untuk membuka regulasi UU Pemilu dan juga peraturan turunan lainnya.

Di dalam regulasi yang mengatur tentang Pemilu, memang secara jelas disebutkan bahwa di lingkungan tempat ibadah tidak boleh ada kampanye atau atribut partai politik. Prabowo sepertinya memahami betul aturan ini dan konsisten untuk tampil beda sendiri tanpa memikirkan copras capres atau elektabilitas.

Padahal capres lain tak kalah gesit untuk bersafari di masjid untuk mencari dukungan, dan saking berharap agar elektabilitasnya naik sampai lupa pula kapan masjid tersebut di bangun. Hahahahahahha.

Masjid Kampus UGM Yogyakarta yang pada era 80-an masih berupa kuburan, ternyata jadi tempat untuk bagi-bagi takjil kata salah satu capres. Entah referensi sejarahnya memang bermasalah ataukah karena semangat menggebu untuk mendapatkan predikat capres paling islam, yah kurang lebih begitulah saya menyimpulkannya.

Prabowo memilih jalan yang berbeda. Yah, wajar. Sudah sering Prabowo mengambil keputusan yang berbeda demi kepentingan bersama dan tegaknya persatuan. Dirinya pun juga sudah terbiasa untuk berbicara apa adanya. Yang benar akan tetap disuarakan dan dipertahankan walaupun akhirnya ditinggal dan dikhianati. Prabowo sudah sangat teruji di wilayah itu. Prabowo memilih untuk mengatakan tidak, walaupun secara elektoral ini sangat menguntungkan. Namun bagi prabowo, aturan tetaplah aturan yang harus dijunjung tinggi. Sebuah sikap yang ditunjukkan di depan publik dan layak dijadikan contoh bagi kita semua.

Dalam filosofi jawa, ada pepatah yang menurut hemat saya berkaitan dengan peristiwa ini. Ungkapan “ngono ya ngono ning aja ngono” mengingatkan kita bahwa boleh kita mencintai dunia dan seisinya, tetapi janganlah sampai melupakan kodrat kita sebagai manusia yaitu seorang hamba Allah. Sebagai hamba Allah, hendaknya jangan sampai terlena dengan semua kesenangan yang ada di depan mata, yang mengakibatkan hilang akal pikirannya.

Melakukan sesuatu atau menginginkan sesuatu sebaiknya yang sedang-sedang saja. Ungkapan “ngono ya ngono ning aja ngono” merupakan “piweling” atau bisa juga dikatakan untuk mengingatkan manusia. Boleh melakukan sesuatu yang dianggap kurang baik tetapi janganlah sampai melampaui batas (keterlaluan) sehingga merugikan diri sendiri juga bagi orang lain. Sebaiknya hidup harus selalu ingat (eling) dan waspada. Pikiran tidak boleh kosong.

Namanya manusia boleh salah asal jangan terlalu salah-salah amat dan terkesan konyol. Mosok Masjid Kampus UGM yang dulunya merupakan kuburan, malah disebut menjadi tempat bagi-bagi takjil. Masa untuk menaikan elektabilitas sampai sebegitu caranya…??. Ini bukan lagi kesalahan yang biasa tapi sudah kelewatan karena telah jauh meninggalkan fakta sejarahnya. Katanya JASMERAH, kok malah jadi Just a Joke. Tapi biarlah publik yang menilai walaupun sudah diklarifikasi rasanya masih membekas di kalangan para alumni seperti Refly Harun yang begitu ngakak dengan cuitan tersebut.

Prabowo memang beda. Anda bisa lihat sendiri gesturnya beliau dalam tayangan ulang video lengkap acara tersebut. Sebuah sikap yang jika dilihat dari kaca mata politik elektoral merupakan segmentasi dan positioning dadakan yang akan menaikan elektabilitas, namun Prabowo memilih untuk mengatakan tidak. Masjid adalah tempat ibadah yang suci dan sakral bagi umat Islam untuk menggantungkan harapannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan sebagai tempat kampanye. Begitupulah tempat ibadah lainnya, yang harus diletakan pada fungsi dan kegunaannya.

Tak setahun lagi kita akan memilih pemimpin yang akan melanjutkan kepemimpinan saat ini. Berbagai bentuk kampanye akan dilakukan oleh setiap calon salah satunya adalah Prabowo. Yah, Prabowo akan terus konsisten untuk menempatkan demokrasi di jalan sesungguhnya, karena komitmen Prabowo telah termeteraikan dalam manifesto partai Gerakan Indonesia Raya yang kini terus berusaha secara feer merebut simpati Rakyat.

Prabowo sangat toleran dalam urusan perbedaan. Bukan saja ketika memimpin Batalyon atau pasukan saat masih aktif di TNI. Hal tersebut ditunjukkan lagi dalam berpartai. Satu-satunya partai yang memiliki sayap Islam, Kristen, Hindu, Budha dan aliran kepercayaan lain, hari ini di seluruh Indonesia hanya dimiliki oleh Partai Gerindra. Anda bisa cek di partai lainnya atau partai yang berbasis agama sekalipun.

Di Gerindra ada sayap partai GEMIRA (Gerakan Muslim Indonesia Raya), ada GEKIRA (Gerakan Kristiani Indonesia Raya), GEMASADHANA (Gerakan Masyarakat Sanathadarma Nusantara). Semuanya berbaur dalam satu aturan dan juga konsensus yang sama untuk kami perjuangkan lewat platform partai Gerakan Indonesia Raya yang dikomandani langsung oleh beliau.

Prabowo sangat menjunjung tinggi aturan. Tak segan dirinya harus memberi koreksi jika ada yang mencoba keluar dari guidelines. Itulah sosok pemimpin sesungguhnya yang benar-benar teguh dalam prinsip dan pedoman. Semoga menjadi contoh dan referensi bagi anak bangsa dalam mencari sosok pemimpin 2024 untuk membawa Indonesia menjadi negara yang “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghofur”.

SEKIAN.

(Selamat Berakhir Pekan. Jakarta 19/05/2023 *BR-77)

*)  Kader Partai GERINDRA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *